selembar kertas kusam jatuh dihadapan, entah siapa yang menulisnya, mungkin juga tak penting pria atau wanita, sebuah coretan yang isinya seperti kisah pedih yang mengalir lewat rangkaian kata-kata:
aku mohon pergilah, kalau itu maumu
karena hati ini terlampau beku
berdiri di depan pintu dengan mulut menghiba
selalu dipandang dengan prasangka
mulut ini terlanjur sulit untuk percaya
penggalan kata, kalimat, selalu di cap dusta
terlalu lama berdiri mencari pintu kembali
saat terbuka, hanya membuat luka membarut hati
jadi,,,
pergilah kalau itu menyembuhkanmu
laku cerita hidup memang seperti buku
tinggal satu episode lagi
tak masalah kalau ingin berhenti
bukankah penat menyusuri hari tanpa harapan
berjalan memungut air mata tanpa tangisan
hingga ketika hati telah membatu
bagaimana mungkin menjadi lembut hanya dengan berlalunya waktu
saat hidup berbicara benar dan salah
lain hari menang dan kalah
bagaimana tidak akan merasa lelah
hati dan benak penuh kemarahan sudah
tak perlu disesali untuk pergi
kelak kalau hidup mempertemukan kembali
mungkin bisa bicara dengan nurani
karena hari ini hal yang satu itu pun telah mati
rangkaian kata-kata itu diakhiri dengan catatan yang berbunyi :
catatan : masa lalu, masa kini dan masa depan adalah kanvas tempat menoreh gambar apapun warnanya, karena diatas tawa-luka, telah lama saya tidak mempercayai cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar