Umur 50 tahun, biasanya umur mental sudah mapan, secara ekonomi bukan waktunya "menyiram" tanaman, tapi mulai memetik buah, menyiangi. Bahkan mulai banyak berbagi. Mapan bisa saja hidup sudah stabil, namanya mapan, dalam bahasa Jawa berarti leyeh2 alias persiapan tidur. Jadi usia 50 tahun sebenarnya sudah harus siap2 "tidur panjang". Tidur panjang tidak saja bermakna kematian, tapi proses transisi melanjutkan perjalanan menuju keabadian. Takut,,,,,?tidak, karena secara alami tubuh sudah mengisyaratkan.
Isyarat tubuh seperti mata, telinga, penciuman, organ2 tubuh lainnya sudah menurun daya kerjanya. Mulai bicara obat sebagai makanan, bukan makanan sebagai obat sehari2. Yang dulu sering ke diskotik, sekarang lebih sering ke apotik, yang dulu bicara parfum, sekarang kemana2 bawa balsam,,, 😁
Maknanya kita sudah mulai dituntut menjauh pada hal yang bersifat materi dan kebendaan. Mulai menabung dan melunasi Cinta (mahluk yang bukan bersifat benda). Sehingga seluruh niat dan aktifitas diniatkan semata pengabdian pada Nya.
Kemarin, secara tak sengaja ketemu sahabat yang hampir 11 tahun lebih tak bersua padahal tinggal dikota yang sama, Malang. Sekarang usianya saya perkirakan 60 tahun lebih, tapi wajahnya masih seperti 11 tahun yang lalu, awet muda. Perbedaannya dia bilang, aktifitas saya adalah " menyiapkan diri" jika sewaktu2 Tuhan memanggilnya. Tentu saya surprise, sebab didepan saya dulu dia bilang sebagai atheis sejati, semesta dan sebagainya adalah hasil pikiran olah manusia. Tidak percaya adanya kehidupan setelah kematian.
Kemarin ketemu tentu saja saya sadar, sejak dulu dia memang bukan atheis, tapi tak bisa menemukan kata yang tepat untuk menterjemahkan kata Tuhan. Sekarang aktifitasnya adalah melunasi hutang2 Cinta pada orang yang telah mengantarkannya pada "maqom" yang sekarang. Katanya : lahir sendirian, mati juga akan sendirian, saya persiapkan diri sendirian menghadapinya.
Ternyata usia telah melunakkan hatinya, malah dia bilang, saya agak terlambat menyadarinya, mestinya diusia 50 tahun saat saya telah mapan persiapan itu dimulai. Makanya jok (dia memanggil saya joko) diusia setengah abad, sudahlah jangan cari dunia, waktunya "persiapan", sebab kita tak tahu kapan Tuhan akan memanggil kita.
"Nggeh boss leres,matur nuwun nasihatnya" hanya itu awaban saya dari seorang sahabat yang dulu mengaku atheis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar