Menjelang hari Raya, mall marak orang dan mulai ramai, pakaian dan kue2 berjajar lengkap dengan potongan diskon besar2an. Seluruh baju, celana, sepatu, tas yang ada di gudang di keluarkan dan di percantik beserta asesorisnya. Sarung, kopyah, mukena baju gamis terlihat mengkilat disinari lampu. Kerumunan ibu2, anak perempuan begitu semangat memilih dan memilah disela rengekan anak kecil kepanasan minta es krim. Bapak2nya sedikit menjauhi kerumunan dengan tatapan kosong karena THR dalam hitungan sekedipan mata sekejap berpindah tangan.
Hari2 terakhir puasa memang menjadi pemandangan lazim, jika mall diserbu terutama tempat baju dan aneka kue yang sepertinya lezat. Saya saja yang kebetulan kejebak disana minder dengan pemandangan itu. Niatnya hanya "reportase" apakah puasa masih cukup disegani di sisa terakhir, nyatanya lewat, tanpa sungkan tempat jajanan dan makan (food court) di siang itu penuh dengan orang berbuka dengan tentengan belanja menggelepar di lantainya, pertanda pemuasan ego terpenuhi tanpa malu.
Inilah salah satu pernik menjelang lebaran, keramaian nya mengalahkan hening nya puasa. Jadi saking ramainya jika ada yang menulis status merasa sedih ditinggal Ramadhan (nulisnya di pojokan mall sambil ngemil kentang goreng) seperti rayuan maut manusia pada Tuhan nya, dan malaikat hanya tersenyum masygul. Jangan2 malaikat kalau bisa misuh seperti broedin, gunung langsung keder melihat absurditas manusia. Tapi bukankah keramaian mall menjelang hari Raya adalah bukti cinta pada Nya?
(Kenangan Ramadhan tahun lalu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar