Karena saya bukan dokter, maka apapun informasi yang berkaitan dengan covid19 yang pernyataannya di keluarkan dokter pasti saya simak seperti stay at home, sering cuci tangan, social distancing, kalau keluar pake masker dsb. Diluar itu banyak info yang berseliweran tanpa tahu sumbernya pasti saya anggap berita palsu (hoax).
Kadang suka usil, sebenarnya ada rencana apa Tuhan ngasih corona pada umat manusia tanpa pandang bangsa, ras, agama. Apakah corona sebenarnya dulu sudah ada? Sedangkan covid19 adalah cucu keturunannya? Apakah kakek buyut covid19 pernah juga "ngampiri dan menyapa" kakek buyut kita dulu?
Ini hukuman, musibah ataukah berkah, atau tanda2 kontraksi ibu alam sebelum melahirkan dunia dengan tatanan baru yang lebih baik untuk anak cucu kita.
Apakah ini sebuah cara dari Tuhan " menghilangkan" peradaban manusia yang makin lama makin memuja materialism, menggantikannya dengan peradaban baru yang lebih khusyuk pada alam,bumi, semesta mulai mikro kosmos seperti virus, bakteri sampai makro kosmos yang meliputi tata Surya, bintang hingga galaksi. Sebab dalam sejarah, menghilangkan peradaban bangsa tertentu dimungkinkan kalau melihat apa yang terjadi dengan bangsa Tsamud, Ad dsb.
Jadi kembali ke awal, apa rencana Nya dibalik pandemi covid19 yang bertamu dan bersemayam si badan kita? Siapakah ia, musuh atau teman yang mengingatkan, atau covid19 hanyalah "alarm" tentang situasi dunia yang makin memisahkan antara qalbu dan pikiran.
Sebagai perbandingan, dalam dunia udang, serangan virus sudah sering terjadi, tapi virus di udang adalah secondary desease, primer desease nya adalah bakteri patogen bernama vibrio, sehingga praktisi budidaya berlomba2 bikin cara supaya vibrio tidak hadir dalam jumlah banyak. Padahal menurut saya, sejumlah vibrio hanya alarm kalau kualitas lingkungan sudah tidak layak untuk udang. Jika kita abai, vibrio akan bilang dalam bahasa quorum sensing:" ok you sudah saya ingetin, gak mau berubah, bentar lagi udangnya saya attack".
Apakah pola covid19 juga seperti itu? jangan2 ini sebuah alarm kalau manusia sudah abai dengan lingkungannya, baik terhadap sesama, pada hewan, pohon, batu, sungai hingga pada setan, gendruwo, pocong dsb. Bukankah mereka semua menghuni tempat yang sama, berbagi space?. Yang jelas serangan ini membuat dunia runtuh, ekonomi global berbasis riba jadi kolaps. Semua umat manusia akan alami resesi panjang.
Lantas siapa dan umat mana yang bertahan terhadap serangan ini? Yang akan bertahan adalah manusia2 yang terlalu sering alami penderitaan sehingga pada titik tertentu akan menjadi kebal terhadap penderitaan itu, dan aneh kalau suatu saat penderitaan menghilang, srhingga ia merasa kangen : tumben kamu (penderitaan) ngilang, ada apa? aku kok jadi kangen. Bayangkan,, pandemi dianggap "sahabat" jauh dan jadi gelisah kalau sang sahabat tidak mendapat jamuan sepantasnya, sebisa mungkin harus di ada-ada kan meskipun gak punya apa2 di rumah. Bahkan mungkin akan mempersilahkan badannya "dikrakoti" untuk menjamunya. Jadi kalau lihat berita ada temen, sahabat, saudara begitu santuy tanpa takut apapun, jangan menggoblok-goblokkan mereka. Siapa tahu sebenarnya ia adalah manusia kuat yang tak punya pilihan apapun kecuali bersahabat dengan nya. Sedangkan kita malah lari menghindarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar