Selamat hari pendidikan nasional 2 mei
Menurut fakta google, ada temuan menarik bahwa anak smu ke sekolah sekitar 60% nya adalah untuk sosialisasi bukan menuntut ilmu. Kata sekolah sendiri mungkin serapan dari bahasa belanda school, dan dasar pendidikan barat menjadi acuan pendidikan kita.
Sebagaimana pendidikan barat yang mengedepankan logika, dasar sekolah berbasis pengetahuan logika sehinga anak pintar di sekolah adalah anak yg bisa menyerap pelajaran ber basis IQ.
Lantas dimana budi pekerti? Ia hanya sebagian kecil yang diajarkan di institusi bernama sekolah. Hasilnya kita tahu, indonesia jago dalam lomba olimpiade matematika, kimia, fisik, ilmu- ilmu dasar di tingkat internasional. Namun menjadi sedih tatkala persoalan budi pekerti yang jadi dasar budaya hidup perlahan memudar.
Kita jadi terkaget kaget tatkala anak kita bikin pesta bikini setelah UN. Kita tersentak tatkala tawuran mengakibatkan korban mati sia sia. Kita mengelus dada ketika anak kita sudah "pintar" bikin video porno dengan memerankannya sendiri. Kita kalut tatkala narkoba telah merasuk di lingkungan mereka.
Kita sering menyalahkan sistem pendidikansekarang, tanpa sadar kita juga sebenarnya " korban" sistem yang sama. Sekolah dipandang sebagai jalan melempangkan masa depan sehingga sekolah menjadi badan ekonomi dan didalamnya berlaku hukum transaksional.
Menyedihkan? ada yang menyedihkan lagi bila kita tahu bahwa kecerdasan tidak ditentukan oleh nilai IQ namun EQ, hal yang telah lama kita beri porsinya mnimal. Lantas sistem apa yang harus kita terapkan untuk anak kita. Berkaca dari negara " maju" dari sisi pengetahuan namun miskin dari sisi iman, seperti jepang, eropa, amerika, menurut saya pendidikan nasional harus berbasis budaya dan budi pekerti, bukan jargon yang sekedar omong kosong seperti pendidikan berkarakter namun tanpa tahu karakter yang bagaimana.
Bukankah local wisdom harus sudah diberi porsi yang berimbang. Bukankah sudah sepatutnya pengetahuan budi pekerti menjadi garda depan pendidikan kita. Ilmu pengetahuan bisa dipelajari, karena metode itu sudah banyak, sedangkan pengetahuan budaya, budi pekerti, harus terus diasah.
Memang benar sekolah bukan yang utama dalam pembentukan karakter anak, ada keluarga, lingkungan, namun sekolah bisa menjadi pemicu utama dalam hal pembentukan budi pekerti. Sekolah selayaknya bukan lagi menjadi badan ekonomi yang mencari keuntungan dari secuil ilmu yang diberikan tuhan dan berlagak pongah.
Bukankah ki Hajar Dewantara berkata:" ing ngarsa sung tuladha, ing madya mbangun karsa, tutwuri handayani". Ini dasar dari pembentukan karakter berbasis budi pekerti. Selamat hari pendidikan nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar