Di serambi itu angin hanya bergulir lemah, saat sore mengisyaratkan kalau dirimu beranjak pergi, bukan menangisi keadaan namun karena keabadian tak bisa ditemui dengan begini, katamu.
Jadi aku pun termangu saat lembaran puisi menoreh di buku harian dan betapa kata2 itu menghujam, bukankah ini semacam intro, ketika badan letih mencari kemana mana, hakikat diri terbang tercantol entah dimana?. Bukankah pernah kau bilang, jangan ditangisi keadaanmu disini, kamu menulisnya di bait puisi, keabadian hanya rumah sejati, sisanya ilusi.
Jadi, sore ini kamu tersenyum tipis serta menatap awan sebentar lagi memerah sebelum gelap datang, tiba2 berbisik: alangkah indahnya ketika awan itu bergegas pulang seolah tahu malam adalah peraduan keabadian. Aku hanya bengong setelah tahu, dimana kata2 itu kau simpan,,,,,,
Dimana katamu? Aku bilang ada di gemerlip Bintang, dan kamu tertawa seolah te akannya benar jawabnya.
bertahun tahun kuketuk pintu Mu lama tak terbuka setelah terbuka baru sadar ternyata aku mengetuknya dari dalam #rumi
Rabu, 25 Juli 2018
Re-intro
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar