kita pernah berjalan suatu ketika berdua menyusuri hujan dengan sebuah penggal lagu yang lupa dari ingatan, namun tetesnya begitu mengena dan tersirat untuk janji bersama membesarkan anak kita dengan kidung dan puisi. bahkan tergelak saat tahu "senyuman Tuhan" membuat kita ketagihan dengan kenaifan2 kecil seperti membaca langit sore seperti melihat gumpalan eskrim dan saat malam tiba melihat bintang, kita menatapnya tanpa henti seolah bertanya kenapa kedipannya begitu mempesona. Dan kita tanpa sadar menangis saat daun luruh karena angin, begitu eksotikanya. Lantas tertawa kenapa begitu naifnya menagisinya toh kelak dia kembali menjadi tunas. Dan saking asiknya jadi tak perduli dengan apa yang kita peroleh, acuh dengan pencapaian yang terasa nisbi dibanding dengan sejuknya angin berbisik seolah bilang : " kalau dari awal sebenarnya kita tak punya apa-apa, kenapa harus menyesali kehilangan kecil di dunia yang memang kita tak pernah memilikinya "
#soremenengoklangit
bertahun tahun kuketuk pintu Mu lama tak terbuka setelah terbuka baru sadar ternyata aku mengetuknya dari dalam #rumi
Sabtu, 24 Februari 2018
Sore menengok langit
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar