"Semua Akan Indah Pada Waktunya"
Siang tadi saya berkesempatan jadi cerewet dengan menemui yunior saya eks pengurus jurnalistik kampus. Layaknya senior yang harus dihormati, saya bombardir mereka dengan jargon dunia kerja yang tentu saja membuat mereka bengong, saya merasa bangga sedikit , melihat yunior begitu terpana. Di akhir waktu saya beri mereka kesempatan bertanya, tentang dunia pekerjaan dengan harapan saya bisa menjawab semua yang ada di benak mereka. Namun pertanyaan mereka membuat lemas kehilangan daya walaupun pertanyaannya cukup sederhana : "pak abis ini saya kerja kemana?"
Runtuh kewibawaan saya sebagai senior dengan pertanyaan itu, jadi sekian jam saya bombardir dengan idealisme, realisme seputar dunia pekerjaan bahkan sedikit angkuh saya sisipi tentang spiritualisme dengan harapan mereka melihat seniornya kelihatan digdaya, akhirnya ngelimpruk, nyesel banget saya bercuap2. Kalau pertanyaan itu yang nanya broedin pasti tak pisuhi, seluruh kebun binatang pasti habis saya sebut.
Tapi ini, pertanyaan yunior, sama saja mereka bilang: "ente cuap2 sampe berbusa ga ngefek buat saya yang saat ini melihat dunia aja ga jelas", minjem istilahnya syaripah alias nyonya broedin : auk ahh gelap. Tiba-tiba dunia yang saya lihat juga jadi gelap, entah karena Malang lagi turun hujan, namun dinginnya seperti menusuk kewibawaan saya. Dalam hati saya misuh: jangkrikkk,,,,,lapo aku mau crito iku. Saya mewakili senior minta maaf (dalam hati, karena gengsi) dengan hal tersebut, saya melihat kepedihan di wajah mereka sehingga ada temen2nya melihat jadi sarjana adalah bencana. Penelitian yang jadi prasyarat kelulusan sarjana seperti pintu madesu. Saya ga berani menyalahkan sistem pendidikan saat ini, bisa dibilang subversif nanti 😀😀😂, saya juga enggan bilang kalau mereka tidak siap masuk dunia pekerjaan sebagai tenaga fresh graduate karena minim skill. Karena saat awal karir dulu saya juga alami hal yang sama, harus mencari sendiri, mirip bebek yang dilepas ke sawah buat nyari makan sendiri, matuk sana sini,,, 😀😀😀😂😂😂😂
Saya tatap mata lugu mereka, tak akan banyak yang akan duduk dipuncak nantinya, sebagian akan perlahan menghilang dari peredaran,sebagian yang lain akan menyadari, meskipun terlambat, pilihan2 hidup mereka. Jujur saya merasa bersalah, karena bukankah itu juga jadi bagian tanggung jawab seniornya buat ngasih cahaya semampunya, jalan mana yang baik buat ditempuh, mulai dari pilihan awal masuk hingga keluar. Di akhir waktu saya hanya titip sama mereka, kuatkan mentalmu, dunia ini tidak butuh orang pintar, tapi butuh orang bermental baja(mbuh bener apa ga saya bilang sedikit ngawur biar ga kelihatan panik). Saya hanya bilang "semua akan indah pada waktunya".
Setelah itu saya buru-buru pamit, takut dengan pertanyaan lanjutan yang akan membuat hati ini makin galau, duhh Gusti,,, kuatkan hati mereka saat memulai berlayarnya "perahu" kehidupan mereka.
#buat Anas and izis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar