Diujung kehidupannya, merasa malaikat maut segera menjemput, pak tua itu memanggil ketiga anak lelakinya, si sulung, tengah dan yang bontot."anakku, ayah mungkin tidak lama di dunia ini, aku panggil kalian bertemu untuk menentukan siapa yang berhak menerima warisanku berupa tanah dan rumah". Ketiga anaknya manggut2 tampak berseri kecuali anak bontotnya yang begitu bersedih sebab selama ini dia yang merawat ayahnya.
Lantas pak tua melanjutkan : ayah Kasih uang 1juta, penuhi kamar kalian dengan barang apapun dari uang itu, yang bisa memenuhi kalian berhak atas warisanku.
Segera setelah itu ketiga anaknya keluar membeli barang, si sulung membeli garam, dgn pikiran garam murah dan bisa dapat banyak. Tapi dia hanya bisa memenuhi separuh kamar, si sulung pun kecewa. Ganti si anak tengah membeli kapuk, karena kapuk ringan dan mengembang harapannya kamar bisa penuh, namun lagi lagi kecewa karena hanya bisa penuhi 3/4 nya. Akhirnya si bontot kembali dengan membawa korek api dan lilin. Kemudian di nyalakannya sebatang lilin yang segera cahayanya memenuhi kamar tersebut. Akhirnya sesuai kesepakatan warisan jatuh ke anak terakhir namun ditolaknya, malah harta warisan tersebut diserahkan pada kakaknya, dan dia hanya minta bisa merawat ayahnya sampai meninggal, setelah itu pergi meninggalkan semua hal yang pernah menjadi haknya.
Moral cerita diatas adalah, kehidupan selalu memiliki arah dan tujuan, ada yang "berenang" di sungai2 kebendaan, ada yang berjalan2 menyusuri jejak Nya. Si bontot memilih itu, bukan berarti tak mau materi, namun diperlukan dalam kapasitas tertentu, selebihnya buat dia malah jadi beban yang harus dipanggul, dan ia rela melepaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar