Sejauh waktu kita memandang bukankah ada jejak yang terkadang kita harus menitikkan air mata,dan menyakitkan bukan, saat satu persatu daun meluruh, orang bilang musim gugur tiba dan kita menyebutnya episode cinta yang luruh.
Dan hari ini kita tersenyum betapa dulu kita salah tingkah dengan air mata yang mirip embun namun keluar dari kelopak mata. Seolah hidup memberi pelajaran, kerasnya hati hanya bisa dilembutkan dengan air mata. Kita menyebutnya episode cinta penuh kelembutan.
Lantas setelah mendaki terjalnya problema, dan meluncur dari lembah bernama bahagia, naik lagi, turun lagi, kita mendapati diri ini kesasar di sebuah tempat yang tak tahu dimana. Kita menyeringai menahan tawa. Bukan karena lucu, tapi sejauh berjalan selalu kembali di tempat yang sama: sunyi. Dan dengan gagah kita menyebutnya episode Cinta tak bernama.
Jadi, langkah yang meninggalkan tapak dulu memerihkan kaki, hari ini hanya senyum belaka, dan kita memeluknya, merangkainya, menjadi kolase berbagai warna. Kita pajang itu dilangit sore saat senja memerah tersaput mendung mirip jelaga, dan bagai kanvas raksasa kita memandang sambil menggenggam tangan ini dengan penuh takjub. Kita menyebutnya episode Cinta picisan.
Yaa,,ya,, cinta picisan karena dibalik senja yang hampir gelap, mirip cerita film romantis korea, aku bisikkan: i love u, dengan lembut dirimu bisikkan juga: bau pete,,
(bau pete kenapa juga doyan saat cium bibirmu)
#met ultah piping tersayang, hidup bukankah lebih merona jika ada sedikit kepaitan disana, mirip kesukaanmu capuchino tanpa gula; 😘😘