Lebaran selain kumpul keluarga juga jadi ajang reuni, entah smp, sma sampai reuni dengan teman kuliah. Beberapa tahun ini saya lihat reuni di barengkan saat libur lebaran memang jadi trend. Kumpul dengan teman yang lama tidak kita temui memang menyenangkan, banyak cerita yang didapat dari mereka selain nostalgia saat masih polos dulu. Tidak semuanya hadir memang, bahkan ada yang minder buat datang malu bertemu karena menganggap dirinya tidak "sukses" , pertanyaannya. yang datang ke reuni itu sebenarnya ingin " pamer" jati dirinya sekarang, atau ingin ketemu temen lama, atau syukur2 ketemu mantan dulu :-D .
Masa sekolah, kuliah, ibarat pembentukan jadi bibit, bibit apapun, karena sekolah tidak menentukan harus jadi bibit jagung, padi, mangga, pohon, bahkan rumput. Kehidupanlah yang akan menentukan kita akan jadi bibit apa. Dalam perjalanan memang ada beberapa teman kita jadi pohon yang menjulang, yang lain jadi padi, ada yang jadi rumput, bahkan ada yang jadi tanah. Semuanya tumbuh sempurna di habitat masing2, dan memberikan "kontribusi yg sama pada kehidupan". Sehingga bila ada yg merasa telah jadi pohon besar merasa kontribusinya pada kehidupan juga besar dibanding padi bahkan rumput, apakah mereka yang jadi tanah dan membesarkan pohon kita nafikan juga kontribusinya?. Apapun diri kita hari ini semuanya sedang bergerak tumbuh, yg pohon makin menjulang, padi makin menunduk, rumput makin menyebar, tanah makin menyuburkan, semuanya punya tugas mulia.
Jadi reuni sebenarnya adalah mempertemukan semua dalam sebuah wadah bagaimana cara bersyukur dengan rendah hati tanpa memandang sebelah mata kalau teman favorit di sekolah dulu, sekarang hanya sekedar jadi ini itu. Kalau masih ada yang seperti itu saya hanya trenyuh dan kasihan, sekian lama waktu dihabiskan hanya untuk melihat keluar, rumput ingin jadi padi, padi ingin jadi pohon, pohon ingin jadi gunung. Saat itu saya tanyakan ke tanah ia hanya tersenyum dan menunduk, entah malu atau minder karena tempatnya paling bawah. Belakangan saya tahu kenapa tanah spt itu, ia hanya tak ingin terlihat karena sebenarnya ia adalah bumi tempat kita semua bernaung. Ganti saya yang minder :-)
Masa sekolah, kuliah, ibarat pembentukan jadi bibit, bibit apapun, karena sekolah tidak menentukan harus jadi bibit jagung, padi, mangga, pohon, bahkan rumput. Kehidupanlah yang akan menentukan kita akan jadi bibit apa. Dalam perjalanan memang ada beberapa teman kita jadi pohon yang menjulang, yang lain jadi padi, ada yang jadi rumput, bahkan ada yang jadi tanah. Semuanya tumbuh sempurna di habitat masing2, dan memberikan "kontribusi yg sama pada kehidupan". Sehingga bila ada yg merasa telah jadi pohon besar merasa kontribusinya pada kehidupan juga besar dibanding padi bahkan rumput, apakah mereka yang jadi tanah dan membesarkan pohon kita nafikan juga kontribusinya?. Apapun diri kita hari ini semuanya sedang bergerak tumbuh, yg pohon makin menjulang, padi makin menunduk, rumput makin menyebar, tanah makin menyuburkan, semuanya punya tugas mulia.
Jadi reuni sebenarnya adalah mempertemukan semua dalam sebuah wadah bagaimana cara bersyukur dengan rendah hati tanpa memandang sebelah mata kalau teman favorit di sekolah dulu, sekarang hanya sekedar jadi ini itu. Kalau masih ada yang seperti itu saya hanya trenyuh dan kasihan, sekian lama waktu dihabiskan hanya untuk melihat keluar, rumput ingin jadi padi, padi ingin jadi pohon, pohon ingin jadi gunung. Saat itu saya tanyakan ke tanah ia hanya tersenyum dan menunduk, entah malu atau minder karena tempatnya paling bawah. Belakangan saya tahu kenapa tanah spt itu, ia hanya tak ingin terlihat karena sebenarnya ia adalah bumi tempat kita semua bernaung. Ganti saya yang minder :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar