Beberapa hari ini mengalami momen yang luar biasa, pertama saat menemani sahabat yang mengalami kesedihan tatkala apa yang diupayakannya telah lama akhirnya kandas, tanpa perlu menyebut apa, hingga malam saya menemaninya,,ya menemani dalam diam dan termangu, bukan galau, ini mirip gabungan puncak kesedihan dan rasa tak percaya. ini mirip kondisi beberapa tahun silam saat saya alami hal yang sama. ada semacam kebuntuan namun meleleh teramat perlahan, entah kenapa kemarin pun menikmati berbagi kesedihan dengan sahabat. Hidup memang berganti antara tawa-sedih, dan kali ini bagian sedih ada di pintu depan hati. Esoknya sahabat tersebut berganti ketawa-tawa sembari melihatkan koleksi batu akiknya. Gantian saya yang sudah terlanjur menghayati kesedihannya malah gagal move on.
Momen lainnya adalah ketika teman sekelas di SMA tumben-tumbennya ngajak reuni, setelah lama dan hampir semburat di pelosok negeri ini, tiba-tiba kabar itu datang. Tentu saja terheran dan hampir sebagian telah lupa wajah-wajah itu. Anehnya hanya dengan tertawa, bisa ingat namanya. Nama yang dimaksud adalah nama panggilan, bukan nama asli. Ada yang berbau binatang, ada yang dipanggil nama bapaknya (walau bapaknya telah wafat). Waktu seperti ditarik ke masa lalu dengan wajah yang tidak cupu lagi, namun semangatnya menderu :-). Satu hal yang bisa ditarik adalah wajah-wajah gembira. Saya tahu betul kisah apapun ronanya entah sedih, senang yang terjadi dulu, saat menjadi kenangan rona sedihnya hilang menjadi tawa. Dan cerita yang mengalir begitu luar biasa, tahu betul detail kejadian saat SMA dulu. Rupanya kenangan itu yang membekas dan dibawa hingga dewasa.
Dua hal yang beda momen namun mengalaminya dalam waktu yang bersamaan, satu hal yang bisa diingat adalah apapun situasi yang dialami, kesedihan maupun kegembiraan, semua menguras energi yang teramat besar. ketika sedih kita seperti terlempar ke bawah jurang yang dalam tanpa tahu akan kemana. Ketika bahagia, energi juga terkuras namun sebanding dengan rasa senang seperti menemukan diri ini dalam tanda " tanpa tendensi apa-apa. Inilah yang dicari semua orang. Apapun level pekerjaan, sosial, maqam yang disandang, saat dikembalikan ke masa lalu ketika kita tak punya apa-apa justru yang diingat kejadian kekonyolan, dan anehnya ini yang paling diingat. Pelajaran yang bisa saya ambil dari dua momen tersebut adalah, apapun kesedihan kita hari ini,,,kelak itu akan kita kenang dengan tawa. Kita selalu ingin kembali pada saat kita tak menyandang status apa-apa karena saat itu kita dihargai sebagai manusia, bukan predikat yang disandang. Ujung-ujungnya kalau kita tarik kembali adalah, manusia bisa jadi manusia bukan pada saat meng-ada namun ketika meniada, buat saya ini indah.