Broedin van Klompen sohib saya bilang, tidak mungkin Tuhan tidak menjawab pinta dalam doa2 kita. Hanya jawabannya adalah "Ya" dan "Tidak ".
Jangan ngresulo kalau dijawab tidak, katanya. Tuhan sedang ngajari kita untuk belajar rasa cukup dan syukur.
Kadang,,, lanjutnya, kalau dirasakan bener2 kita ini sebenarnya sedang di ujo, sekaligus di uji.
"Maksudnya gimana dien?"
Katanya : kalau mau dilacak atas semua pinta dalam doa kita, mulai kecil sampai gerang begini, coba mas bro prosentase berapa yang dijawab ya, pasti secara statistik lebih besar.
"Loh bener itu dien"
Kalau kemungkinan jawaban 'Ya' lebih besar, kenapa harus mengeluh saat sekali2 Tuhan menjawab tidak, katanya. Mosok Tuhan kita manfaatkan seolah2 seperti mesin ATM mas bro, katanya ngakak . Mesin ATM aja nolak kalo saldonya kurang. Kita sering kurang ajar, gak pernah nambah saldo, mintanya di iyakan terus.
Padahal dengan diajari rasa "cukup" dan "syukur" aslinya loh saya malu minta2 sesuatu, makanya kadang habis shalat saya tipe orang lamcing mas bro.
"Opo lamcing dien? "
Bubar salam langsung plencing, katanya tergelak.
"Pantes nek mari sembahyang awakmu langsung bubar jalan, tak kiro opo mikiri parkiranmu? " saya ketawa denger istilah lamcing.
"Jaann,,,,uisin ane mas bro arep jaluk2,meskipun disuruh minta, tapi ane tahu diri, wong saldo kebaikan sebagai tabungan masa depan saya masih sedikit, mosok mintanya buaaanyak"
Saya terdiam (sembari misuh) sambil mbatin, kadang sohib saya ini pikirannya clear, jujur ngerasa tertohok, entah nyindir atau apa.
"Ojo misuh mas bro,,,, ane dulu kalau doa gak terkabul pasti misuh". Sialan konangan,,,
Hah,,,, ente mungkin satu2 nya manusia berani misuhi tuhan dien, kuwalat.
"Misuh dalam hati mas bro, tapi yo ngono setelah misuh tuhan ngasih saya banyak dan berlebih"
Mestinya ente seneng to dien
"Malah sebaliknya mas bro, hati malah ga tentrem, nek tak pikir2 kalau ada orang ngamen, kita cepet2 ngasih uang supaya pengamen itu segera pergi, jangan2 tuhan ngelihat saya seperti itu, akhirnya saya malu buat minta2"
Saya manggut2 bener juga logika pengamen ala broedin. Sering doa kita lebih serius dari shalat kita. Pinta dalam doa kita panjaaaang, sedang bacan shalat hanya surah pendek.
Rasa cukup memang subyektif tapi sebanyak apapun permintaan, akan minta lebih banyak dan banyak lagi sampai pada titik tertentu kehilangan jati diri. Kita hanya menjadi pengemis doa, tak lebih dari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar