Phitecantropus Selfius
Dalam ukuran derajat kebutuhan manusia, hal paling dasar harus dipenuhi adalah pangan, sandang dan papan. Saat 3 hal tsb terpenuhi, manusia melangkah lanjut dgn kebutuhan tersier, pengakuan diri. Hebatnya sebagai mahluk sosial sekaligus mahluk ekonomi, kebutuhan tersier bisa digabung dgn kebutuhan primer.
Banyak tempat makan, tempat hang out, ditambah dengam medsos yg mengakomodir hal ini, menjadikan hidup keseharian jadi riuh rendah, fiddun-ya wal realita 😂😂. Yang mengagumkan tidak melihat usia, dari usia remaja hingga senja, meng-aktualisasikan diri, dan berkembanglah aplikasi yg bisa membuat wajah biasa jadi cantik dan ganteng, keriput wajah bisa hilang secepat menepuk nyamuk tanpa harus pergi ke salon yang biayanya mahal. Pertanyaannya gejala apa ini dan sampai kapan?
Sejarah pasti terulang, dulu ada narsisius, pemuda yang memuja dan menggumi wajahnya sendiri sehingga timbul istilah narsis. Sekarang timbul istilah selfie yang mirip narsisius hanya beda teknologi, sehingga bisa jadi kelak kita akan dikenang dalam sejarah sebagai Phitecantropus Selfius, karena kegemaran memotret diri sendiri,,😂😂.
Apakah saya membenci gejala ini? Tidaaakk,,,,karena ini gejala awal sebelum masuk ke era pendewasaan secara kultural dan peradaban. Mirip pertumbuhan anak dari bayi kita masih balita, seorang balita masih maaf sering bermain alat kelaminnya,,,😁😁 hanya untuk menunjukkan aktualisasi siapa dirinya. Mirip peradaban kita hati ini 😀😀
Yang dimaksud pendewasaan kultural dan peradaban adalah ketika manusia bosan dengan ego diri, dia masuk gerbang spiritual tingkat paling dasar, yaitu menanyakan sebenarnya saya didunia untuk apa, akan kemana dan adakah kehidupan setelahnya. Hal ini sudah mulai menggejala di dunia barat yang bosan dengan kemapanan dan materi. Pada tingkat selanjutnya manusia akan masuk era, dia adalah entitas besar dari makro kosmos kehidupan, bukan yang paling berkuasa, namun bersama menjalankan etika kehidupan dari yang besar seperti black hole hingga yang paling kecil bernama virus, dan sama-sama "tawaf" untuk hal yang paling mulia. Saat di Puncak peradaban paling tinggi, teknologi hanyalah tools bukan alat utama. Selanjutnya pada fase peradaban yang paling tertinggi maka paradoks kehidupan kembali lagi ke awal dan siklus terulang kembali, mirip daun yang menguning kemudian jatuh ke tanah menjadi pupuk untuk kehidupan selanjutnya.
Apakah kita akan bisa menjumpai peradaban itu? Rasanya tidak, mungkin anak cucu kita juga belum, konon katanya pada saat itu manusia susah bisa melakukan teleportation, berpindah tempat dengan sekejap dengan metode seperti film star trek. Kita sekarang ini cukuplah dengan selfie dan narsis, karena kita hidup di era itu, selebihnya,,, cukup berendah hati aja,,, its ur life,,, enjoy with ur self, 😂😂😂😂
Tidak ada komentar:
Posting Komentar