mungkin angin kering itu tak bisa menepiskan hasrat
ibu akan tetap melangkah demi kamu nak,,,
(aku hanya bisa menatap ibu yang bibirnya kering dan kelu)
kemarin mungkin kita lewati dengan sedikit perih
hari ini ibu lihat angin berlalu seperti akan membawa hujan
semoga ini harapan yang tak terlewatkan
bukankah kita telah lama menunggunya
(ibu tersenyum, aku tahu bibirnya terluka menahan betapa hidup telah menggores batinnya)
mari sayang hilangkan sedikit penat dengan mulai berjalan ke depan
jangan menoleh karena keindahan akan terlewat saat dirimu menengok
(ibu menggenggam erat tangan kecilku dengan hangat, meski aku tahu tubuhnya telah penat)
yaa,, kemarau ini akan segera berlalu sayang,,
ibu yakin itu,,,(ibu menatapku dengan senyum, entah apa makna senyum itu)
esok kamu akan menemui gembira, biarkan tak usah berteduh
karena hujan akan segera tiba, biarkan membasahi kita
(aku tahu itu diucapkannya sembari menahan tangis)
kamu masih hafal doa yang ibu ajarkan sayang,,,
(aku mengangguk)
mari kita lantunkan perlahan (ibu kemudian melafalkannya)
Tuhan pasti mendengar doa kita gadis kecilku
percaya Tuhan tak pernah tidur sedetikpun
(entah kenapa aku yang menahan tangis, rambutnya yang mulai kaku karena lekat debu,
debu yang melekat di wajahnya seperti bedak menjadi penanda seberapa lama luka itu ada)
pasti kemarau ini akan segera berlalu sayang,,,
ibu yakin itu,,,
(ibu mengucapnya terbata-bata seolah mengatakannya bukan buatku)
*suatu hari di akhir september di Tuban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar