Mungkin benar,,,
jiwa manusia seperti sebutir bawang merah
yang tampak diluar hanya warna merah
saat kita kupas satu per satu
warna itu makin memudar,, dan
pada umbi yang paling dalam
yang tersisa hanya warna putih,,,dengan
air mata yang meleleh
saat menembus batas sunyi
seperti menyibak waktu dengan sekali hentakan
ada rasa takut yang menjalar tubuh ini
ketika kepastian berubah menjadi hambar
ada rasa takut ketika harapan
akan menjadi sirna
seperti kehilangan jiwa
yang telah menyatu dalam raga begitu lama
mungkin satu-satunya penghibur adalah doa
doa yang selalu bergumam namun tak terkatakan
doa yang selalu terucap namun maknanya entah apa
karena ia hanya menuntut ke ikhlasan
kalau jiwa yang berubah menjadi liar
akan menemui rumahnya
bukan menemui sia sia
sebab waktu hanya bisa tunduk pada ke ikhlasan dan kesabaran
sebelum ia menuntunnya menuju kebaikan
hmm,,,
saat ketakutan itu begitu mendera
apapun nantinya
aku berharap ini demi kebaikan semata
sisanya,,,
hanya ikhlas dengan untaian doa
itu saja
bak melangkah dalam lingkaran besar digurun
BalasHapussemakin banyak menghitung langkah semakin banyak jejak yang kutemukan
tak tahu lagi aku didepan atau dibelakang
bak untaian biji tasbih
setiap jejak adalah seruan keikhlasan
menghitung adalah kesia siaan
menatap kedepan yang ditemukan adalah jejak kakiku
tapi harus tetap melangkah bertawaf
berpusar mengitari rumah NYA dengan embun pagi yang bening dipelupuk mata
tercurah dari cinta dan keikhlasan
dan menutupnya dengan salam....
sapa untukmu teman...