Rabu, 18 Juni 2025

Jelang subuh

Setiap episode perjalanan selalu ada awal dan ujung,  setiap perjalanan selalu berakhir dengan sebuah kisah.  Kehidupan ini juga demikian,  setiap manusia memiliki kisahnya sendiri.

Sahabat,  saudara,  teman, suami,  istri,  yang kita kenal mulai kecil, laksana teman seiring namun mereka juga punya kisah hidup sendiri. Mirip sebuah skenario film,  hidup kita jika di filmkan,  paling lama durasinya 1 jam alias 60 menit.  Dan hebatnya kehidupan yang buat kita lama,  bisa di-kompres file menjadi durasi diatas. 

Tahukah kita bahwa waktu tersebut sebenarnya nyata?  Kehidupan kita di dunia jika dibanding dengan di akhirat hanya berdurasi 1 jam.  Mirip film otobiografi bukan. Lantas jika teramat singkat,  kenapa banyak yang abai? Jika teramat singkat,  kenapa tidak berangkat dari skenario hidup yang meng-indah?.

Kehidupan mirip teori fisika kuantum sebenarnya, fata morgana,  relativitas,  atau dengan kata lain,  sesuatu bisa bersifat materi bisa bersifat gelombang,  tergantung dari yang melihat.  Apa yang kita lihat raba dan rasakan (mirip tagline-nya Bank Indonesia) berupa materi,  sebenarnya wujud gelombang yang mampat.

Jika demikian,  sebenarnya kisah kita akan berakhir dimana? Anggap saja kisah hidup kita di film sekarang adalah sesion 1, selanjutnya: tobe continued. 
Sayup2 terdengar:  فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذ (nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan) 
#jelangsubuh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar