Malam dan kamu : ello
Ketika malammu berisi celoteh tentang anak anak yang selalu ramai di mushalla saat jelang maghrib berebutan ingin jadi yang pertama adzan di depan mikropon, atau lain kali jadi sepi karena tak satupun dari mereka berteriak, saat hujan sore membuat mereka hanya bisa memandanginya
dari balik jendela.
Kadang aku pun merindui itu, saat kepolosan mereka bersenandung memuji Nya, anak dengan masa depan yang bahkan mereka pun tak mengerti definisinya apa.
Entah kenapa hidup begitu cepat berlalu. Senyum mereka seperti menambah ornamen hari dan waktu saat melihat mereka berlarian dan ribut dengan suara mikropon yang terlalu keras volumenya berdenging memekak telinga, namun sumpah,,,aku begitu menikmatinya.
Kadang kita menginginkan kembali menjadi polos seperti mereka, waktu terhentak ketika menatap mata teduh itu sehingga rela berhenti hanya untuk menyadari mereka mahluk yang dikirim kesini hanya untuk meyakini, kita semakin menua dan mereka menjadi jiwa yang meng-indah hari demi hari, sedangkan kita makin merenta.
Ahh,,, hidup memang menoreh banyak kenangan tentang masa lalu saat hujan kembali mengguyur kota ini dan aku tak menyesal menemuimu dengan celoteh cadel sembari bershalawat : alohuakbal shogilo,,,,,
(entah kenapa anak itu akhirnya dipanggil ello)