Anak kita dilahirkan sebagai cahaya, tugasnya menuntun kita kembali di jalan-jalan cahaya, anak kita bukan milik kita, kita sebenarnya milik mereka
Anak kita sebenarnya cahaya, kita dikenalkannya dengan ketulusan namun kita mengabaikannya dengan mengenalkannya keserakahan
Anak kita adalah cahaya, dikenalkannya kita berbagai keindahan, kenaifan dan spontanitas, namun kita mengenalkannya berbagai prasangka
Anak kita sejujurnya adalah cahaya, dikenalkannya kita spiritualitas, namun kita mengenalkannya berbagai macam benda, hingga hilang keasliannya
Anak kita adalah cahaya, dan kita menjadikannya berbagai macam cara seolah ini mainan milik kita dan tiba2 kita merasa memilikinya
Saat Tuhan mengambilnya kembali, kita tersadar kehilangan adalah sebuah cara untuk memahami keabadian itu ada, kefanaan adalah sementara