Doa yang teraniaya
Setiap saat, mulai siang hingga petang, berlanjut sampai malam, dini hari terbangun untuk berdoa dan pinta, agar kita diberi kuasa dan kaya
Setiap saat, pikiran kita, mulai dari kesibukan di kantor kantor hingga nyelempit di gang2 sempit, pikiran kita bagaimana bisa kuasa dan kaya
Setiap saat, di meja makan restoran, di meja kerja, hingga di balik meja2 negoisasi yang terang2an, bahkan yang gelap tersembunyi yang diminta kuasa dan kaya
Tuhan kita suruh memenuhi kebutuhan syahwat di tiap rintihan doa seolah kita yang terakhir paling miskin di dunia
Saat semua berjaya, doa terkabulkan, kita tertawa dan menjadi lupa, mirip pengemis-pengemis cinta, habis manis sepah dibuang, kata2 dari mulutmu manis di depan Tuhan
Tuhan masih saja berpuasa, bersabar dengan pengkhianatan dan kemunafikan seolah berkata : tunggu ketika ajalmu tiba
Dan benar, ketika usia merenta, tubuh tak mau dicekoki dengan kesenangan sementara, menghilang dari diskotik dan sering ke apotik, kita diingatkan tenggat waktu segera tiba
Tiba2 perilaku kita menjadi beda, kemana2 berbaju koko dsn bsju gamud, bersurban dan berkerudung sebagai tanda kita sudah hijrah,,, katanya. Doa kita mohon ampun atas setiap alpa, ditunjukkan dengan haji sudah lebih lima kali, umrah tak terhitung lagi
Setiap ucap selalu menasehati seolah kita merasa telah suci. Dan berteriak paling kencang saat agama dan kitab nya dibuat caci maki. Ohhh,, Tuhan,,,, saat Engkau kelak memanggilku, hanya surga yang ku harap dari Mu(doa itu selalu diucap dimalam sunyi tanpa henti)
Doa adalah mahluk, doa hanya cara dan perantara, menghubungkan mahluk dengan khaliq Nya.
Apa daya doa hanya obyek yang teraniaya, saat tubuh segar bugar, meminta dunia. Ketika renta tiba, meminta surga
Maka doa pun melesat sendiri ke atas langit, protes kepada Tuhan atas kemunafikan manusia, semua doa dipenjuru bumi melesat ke langit mirip dengung lebah mengguncang malaikat dan tetiba sunyi.
Doa kebingungan atas apa yang terjadi, hingga jibril mendekati berbisik : manusia adalah ciptaan kesiangan Nya, biarlah yaumil hisab yang menentukannya.
Doa pun menangis, memohon ampunan atas kenaifan manusia dan segera melesat kembali kebumi tanpa sepatah kata. Jibril tersenyum memandanginya dari jauh, tanpa tahu sang doa bergumam: biarlah aku sendiri yang meminta ampunan di setiap kata dan pinta dari manusia