Selamat pagi
Tugas terberat manusia adalah menjaga silaturahmi, karena semua kasus pertikaian di dunia ini abai menjaga silaturahmi, kepentinganmya yang beda. Berangkat dari sini, muncul media sosial, sebuah fenomena untuk mengurangi gap, secara sosial dan hirarki (begitu tujuan awal munculnya sosmed). Tapi sebagaimana bertetangga dalam realita hidup tak selalu dalam jalan yang harmoni, begitu juga sosmed, yang gak lucu efek ketidak harmonisan malah lebih tajam.
Sosmed bahkan menjadi pelampiasan perundungan yang tidak kalah tajam di dunia nyata. Dunia Maya menjadikan pikiran lebih kreatif bahkan dalam sisi gelapnya. Jika di dunia nyata remaja berkawan dengan remaja, orang tua bersahabat sengan orang tua, dunia Maya menembus batas itu, tatanan sosial menjadi abu abu. Banyak kasus2 pelecehan seksual akibat batas2 sosial yang hilang, kebanyakan korbannya adalah remaja yang belum matang.
Sosial media juga ajang yang ampuh untuk menjadi tempat ngerumpi, bahkan rentan dengan ghibah dan fitnah, framing dengan menggiring opini untuk kepentingan sesaat. Atau juga sebuah tempat unjuk aktualisasi secara instan, istilah selfie menunjukkan gejala ini. Namun tidak semuanya kandungan sosmed berisi hal yang bersifat narsis. Beberapa grup yang saya ikuti malah bagus untuk menyambung silaturahmi, mulai dari pekerjaan hingga teman sekolah, bahkan keluarga yang jarang ketemu setahun sekali karena perbedaan geografi yang jauh
Saya hanya ingin mengungkapkan kekuatiran ekses negatif sosmed, karena dunia maya tidak semuanya bersifat real, kebanyakan semu. Bahaya jika anak kita mengira antara dumay dan realita sehari hari adalah sama. Hari ini hubungan antara sesama dalam tataran sosial sosial media kita. masih bersifat jasmani belum sampai pada tataran ukhrowi. Kelak jika kita masih memiliki waktu, akan ada sebuah generasi yang akan melibatkan sosmed untuk menyambung benar2 silaturahmi secara utuh, gejalanya sudah ada walau masih marjinal.
#semoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar