Sono un pezzo solitario a sinistra*
Saat mencari-cari,,,,
Saat tak kutemukan,,,
Saat tangisan dan kepedihan salah tingkah dengan tawa
Ketika anggukan doa malam hari hanya ucapan lirih penuh makna,namun saat pagi tiba, berubah menjadi meriam penuh jelaga
Sang maha terhijab oleh keserakahan dan prasangka,,,,
Gusti,,,,keadilan menangis sembari meringkuk di sudut waktu, tersedu menyesali anak jaman bertingkah seolah ini jaman edan. Jaman edan? bukankah yang edan adalah mempersembahkan ketulusan dan kejujuran hanya untuk sang tuan polan, tanpa alasan. Bukankah itu edan tatkala hujan menari-nari seraya menangisi sang dendam yang kian beranak pinak sampai mulut berbusa kehabisan kata-kata.
Dalam tangisan yang meliuk sebelum luluh lantak, ucapan sumpah serapah hanya meminta kutukan, sebelum terkulai dengan belati yang menancap di bayangan dan menggumam:,,,,,,,,Sono un pezzo solitario a sinistra,,,,,,,,,,
*aku sepotong sepi yang tersisa