kalau hamba hanya setitik noktah yang hening di kegelapan
lantas begitu pagi belajar mengeja satu-satu alfabet nama
terlalu pantas bila cinta mengaku bermunajat dengan sang kini
bukankah terlalu panjang jarak berharap di tepi jaman
jalan yang berujung di labirin tanpa tahu kapan itu berhenti
berganti memberi senyum dan lara dengan cara teramat eksotika
ini takdirkah ? atau perjalanan yang skenarionya berujung rindu
setelah menempuh kelokan tak terkatakan
hamba hanya bisa bilang : jarak adalah waktu yang kelak menyerah pada rindu