Rabu, 02 Juli 2025

Ngelamun

Kadang langit hanya sebuah pertanda buat kita kalau tinggi itu berbatas. 
Kadang angan hanya sebuah pertanda jika ingin yang tiada henti mirip angin. 
Apapun sejauh2 dan setinggi2nya harus ada batas kalau tak ingin mirip awan. 
Berjalan di atas namun enggan membumi menjadi hujan
Hanya mendung yang akan menjadikannya bijak. 
Karena bukankah sejauh awan berjalan kelak akan menjadi hujan. 

Bukankah kehidupan serupa itu, mengejar setinggi-tingginya namun lupa untuk kembali ke asal tempat kita berawal, hanya kerendahan hati dan ikhlas (mendung) akan membuat kita menjadi hujan (berguna buat sesama).

Malang

Serpihan hati ini pernah tertinggal disana,  saat menyusuri jalan sunyi itu, hujan melarutkan semua kenang,  dan ketika kembali ke kota ini,  pohon2 yg rindang meluruhkan daunnya seperti ucapan selamat datang, mirip ketika asa yg tanggal ditumbuhkan lagi namun dengan cara yg beda.  Kota ini memang memberi eksotikanya setelah lama kutinggalkan. Akhirnya pilihan yg indah adalah mengakrabinya dengan segala gelak dan sedu sedan. 

Sekul,,, school,,, se-kolah

School ke sekolah
Kalau saya bilang anti sekolah,  pasti banyak yang gak setuju.  Anti bukan dari cara kita memperoleh pengetahuan, tapi sistem nya. Saya adalah produk sistem sekolah orde baru yang didalamnya menekan kan kecerdasan IQ.  Dengan adagium : sekolah adalah jalan menuju sukses,  maka yang pintar IQ nya logikanya meraih sukses. Kebetulan saya bukan salah satu yang pintar 😁😁 jadi gak mungkin sukses. Saya tidak tahu apakah pintar sama sengan cerdas,  dijaman saya sekolah, kecerdasan lainnya belum diperhatikan,  seperti kecerdasan EQ dsb. 

Dunia sudah berubah,  dulu sekolah sebenarnya diarahkan untuk mengisi lapangan pekerjaan yang memang mengadopsi dari barat dimana pekerjaan(korporasi) identik dengan logika (sekolah) bahkan kata sekolah sebenarnya serapan dari kata school.  Apakah sekarang sekolah penting? Jika merujuk pada pembelajaran mengenai hidup,  teramat penting,  tapi jika hanya menghafal sejumlah pengetahuan,  kita bisa mendapatkannya di google (mega ensiklopedia). 

Misal,  tak semua jurus2 tentang budididaya udang diperoleh di bangku kuliah,  bangku kuliah hanya menyediakan dasarnya saja (default mode).  Sehingga saat terjun langsung ditengah derasnya arus mainstream perubahan yang cepat pada budidaya,  agak gelagapan awalnya dulu.  Namun mengikuti derasnya aliran tanpa punya standar basic juga agak mengerikan karena kontrolnya akan lemah. Proses perubahan di lapangan akan menjadi pengetahuan baru yang akan terus diuji keberhasilannya. 

Kembali lagi,  sekolah hanya menyediakan default mode, sisanya harus cari sendiri.  Jika anda merasa bangga sebagai sarjana baru, saya akan bilang anda hanya raw material . Pengalaman interview dengan kandidat calon pekerja, sampai pada kesimpulan itu,  dan perusahaan tidak hanya menerima karena anda pintar,  tapi juga memiliki sikap emosional bagus.

 Saya pernah bekerja sama saat kuliah, dengan beberapa temen bule londo, dalam sebuah penelitian kebetulan satu bidang dengan skripsi,  mereka bilang disana tidak ada S1, tapi D3 sehingga saat lulus bisa langsung diterima bekerja,  sedang temen londo saya ini lanjut sekolah untuk jadi peneliti sehingga lulus langsung master setara S2.

Jadi kesimpulannya,  apakah sekolah perlu? Jawabannya perlu sebagai sarana sosialisasi kelak saat kamu reuni . Makanya saya gak suka home schooling,  membayangkan reuninya gimana.  Masalah ilmu pengetahuan bisa diperoleh di mbah google.  Satu2nya yang harus menemukan guru,  buat saya adalah bagaimana membuat sikap ahlaqmu bagus,  sisanya bisa diperoleh sambil jalan, (jangan mengira kamu bisa merubah dunia , hal kecil seperti budipekerti saja tak bisa, sebab dunia saat ini telah dikuasai nafsu berlebihan pada benda sebagai parameter kesuksesan,  dan itu diperoleh berawal dari kamu berangkat ke sekolah dulu). Oh.. ya sekul itu artinya nasi dalam bahasa Jawa,  jadi school sekarang ke depannya buat mencari sesuap nasi... 
udah gitu aja,,,,,,


Flexing

Flexing
"Nek dipikir2 manusia itu pintar sekaligus dungu yo mas bro" kata broedin
-kok bisa dien
"Manusia kan di klaim ahsani taqwim, mahluk sempurna,  tapi gagal mengidentifikasi dirinya"
-maksute piye din

"Lah piye sekolah duwur2, kerjo wes enak,,, profile mereka selalu di sematkan,  di labeling pada benda mati seperti mobil,  rumah, tas mewah,  perhiasan.... opo mas bro jenenge flexing tah sing neng medsos iku"
(Ane hanya tersenyum denger celotehannya) 
-lah sing bener piye dien wong iku kebanggaan

" kan namanya dungu itu mas bro,  kok gak mesisan nek pamer"
-mesisan piye dien? 
"Podo2 benda matine mesisan pamer nisan kuburan mas bro,  bukan nisan merk mobil, cari bentuk yg eksotik,  klo perlu lapisi emas,  atau pamer kain kafan yg dibeli dari butik ternama dengan designer terkenal,  sekalian absurdnya,,,, hehehe"
-hussh ojo ngawur ente,  kata ane tergelak

Selasa, 01 Juli 2025

Aku hanya...

Mungkin, aku tak memiliki rumah sebesar yang kau punya
Mungkin, aku tak memiliki mobil sebagus yang kau punya
Mungkin, aku tak memiliki : harta, portofolio, saham investasi, dan waktu yang disibukkan dengan segala hal hanya untuk mencari, mengumpulkan, menguasai, membangun hegemoni sebagaimana yang dilakukan dirimu dan yang lainnya.
Aku, tidak sama sekali...

Sungguh aku merasa asing pada diriku saat yang lain berlari dengan kecepatan tinggi mencari semua kehidupan dunia, aku hanya berjalan memunguti sisa sisa rizki yang tercecer di jalanan, di kecenderungan, di mimpi2.

Saat semua berlari ke barat, aku ke timur
Saat semua sibuk, aku juga menyibukkan diri dengan melihat dan menggumam : mengapa aku tak bisa seperti dirimu.
Ketika semua merasa kehabisan waktu, ketika jargon time is money, aku merasa waktu begitu melimpah dan time is honey.

Aku hanya merasa memiliki angin,awan, embun, matahari, gunung, pantai dan sesekali menunggangi ombak sambil menertawakan diri karena begitu naifnya saat melihat daun jatuh, saat mendengar suara rintik hujan : aku menangis
Betapa naifnya karena aku tak memiliki apapun jua...


Kamis, 26 Juni 2025

Every words you can not say

Andai esok,,,,

Bisik malaikat pada penguasa : andai esok waktumu terhenti sebelum ashar, apa yang hendak kau lakukan untuk rakyatmu agar sepeninggalmu kelak , rakyatmu tak mengadu dihadapan Nya sehinga kamu tertolak azab Tuhan.
Bisik malaikat pada sang hakim : andai esok waktumu tiba sebelum duhur, apakah engkau siap mewasiatkan keadilan sehingga dirimu menjadi masyhur dilangit karena keadilanmu

Bisik malaikat pada orang kaya : bisakah kekayaanmu menyelamatkanmu saat malaikat maut memanggilmu sebelum rakaat terakhir shalat dhuha mu terselesaikan

Semua sepi tiada jawaban, hanya wajah2 ketakutan dan sesal, tersadar waktu yang diberi terasa sempit hingga doa ampunan tak cukup, hingga sedekah semua harta tak mampu menutupi amalan, yang terbayang hanya kesalahan, hanya gumam dan tangis.

Malaikat pun kembali berbisik : kemana engkau selama ini? tertutupkah mata kalian sehingga tak melihat betapa sang fakir melangkah lunglai disudut2 jalan, betapa banyak anak2 yatim, tak beribu-bapa biologis, teryatimkan karena keadilan, kesewenangan, keserakahan; ribuan teronggok disudut2 peradaban tanpa tahu mengadu kemana kecuali pada sang Khaliq nya.

Mengapa, mengapa sayang,,,, bisik malaikat dengan kelembutan: kuasa hanya untuk kemaslahatan dirimu, keluargamu, teman2mu hingga abai jika diluar sana kemarahan memuncak dan kemudian diam terbungkam. Keadilanmu hanya untuk dirimu sendiri. Hartamu hanya kepanjangan tangan untuk kerakusan. Apa yang akan kau persembahkan saat menghadap pada Nya.

Isak tangis sesal begitu menyayat melebihi tangisan sang fakir menahan lapar, melebihi isak anak yatim tentang ketentraman dalam dekapan ibu-bapa nya. Sesaat sunyi,,,,, perlahan ufuk yang bersembunyi semburatkan jingga, bersamaan sang kakala meniup perlahan tanda waktunya tiba. Betapa panik hati sang pendosa saat tahu waktunya tiba, kematian yang buatnya khayalan ternyata ada. Seluruh stigma, dogma apapun yang dibuat tak mampu mengantarkan pada percaya jika kehidupan setelahnya ternyata ada. Waktu begitu sabar mengingatkan, namun tak berdaya kala hati tertutup jelaga.
Sesaat terdengar kembali sangkakala yang kedua pertanda penantian tiba setelah kemarin lakumu sia2.


Ca'olo

Ternyata ada juga ya orang2 yang diperankan Nya jadi jubir alias jualan bibir,  fasih dalam membahas makna hidup, makna sabar,bahkan makna ikhlas, pokoknya segala hal bisa,  tapi prakteknya tidak. 

Arek arudam bilang caolo alias acaca malolo,  arek kembang jepun bilang jarkoni iso ujar raiso ngelakoni,  ane lebih keren sebutannya : kecongkakan spiritual... 😁😁

Saya dibilangin Gurpan,   kalau ketemu orang seperti ini ente harus takzim,  karena tanpa sadar ia adalah utusan Nya dalam bentuk guru yang menyamar.🙏🙏🙏