Senin, 26 Desember 2016

Asu(msi)

Entahlah apa saya ini puritan,saya termasuk penganut pria yang bangga melihat wanita "open mind" bukan " open wear". Perkembangan kultur antropologi manusia (ngemeng epe iki)  sejak jaman 
Pithecanthropus erectus hingga manusia modern turunan homo sapiens,  yang namanya wear yang tadinya untuk menutupi tubuh akibat cuaca dingin sekarang malah berkembang wear yang kewer2 alias robek sana sini sampe kalau bisa terlihat yang namanya under wear.

Jadi kalau awal dari telanjang dan kebudayaan makin menutup terhadap tubuh, sekarang malah balik jadi terlihat telanjang (meski sebagian) lagi,  ini sebuah kemajuan peradaban atau kemunduran?. Sohib saya Broedin van Klompen,  selalu punya jawaban akan hal itu ( bukan van klompen kalau ga bisa berargumen) . Katanya : "kesadaran peradaban yang bergerak dari no wear ke under wear lantas partial wear sampai nude,  adalah produk pemikiran yang canggih,  malah kelak teknologi manusia akan bisa menciptakan pakaian seolah pemakainya ga merasa sedang berpakaian". Terus kelihatan telanjang donk,  kemajuan opo kui dien,, ." tergantung asumsimu bro,  kalau pikiranmu porno yaa ketok mudo,  nek pikiranmu positif itu sebuah hasil teknologi.

Sek sek dien,  nek anakmu wedok budal nang mall terus gawe klambi kekecilan sampe udel mbek pupune ketok,  ente tego tah."nahh itu lain perkara,  sama wanita seperti itu kita harus kasihan",,loh piye maksutmu? " siapa tahu bro,  dia ga punya duit untuk beli baju yang pantas sehingga terpaksa pake baju adiknya" jawabnya terkekeh. Lahh itu kan mengundang bir,,,, " lom tentu itu kan asumsimu bro,  tergantung niat kita melihatnya sebagai komoditas seksual atau bukan", lah faktanya itu sudah jadi trend setter dimanapun dien sya nyanggah.

" tergantung dari sisi mana kamu melihat itu bro,  kalau dari sisi komoditas,  itu kemajuan ekonomi,  kalau dari sisi etika, di barat sudah hal biasa,  kalau dipandang dari sudut antropologi yang kamu bilang itu kemunduran,  apalagi kalau dilihat dari disi keyakinanmu dan aku,  itu bertentangan,  bukankah hanya dari sisi asumsimu saja broken wing"anjrit iso ae arek iki ngemeng,  kuliah nang sopo iso berargumen gitu. Lah nurut kamu sing bener sing endi dien?

"Yoo tergantung apakah asumsi dia, mereka, kita,  aku,  kamu, bener opo ga berdasar etika makrokosmos kebudayaan,  kalau dilihat frame yang pendek,  bisa saja benar,  tapi kalau dilihat frame yang panjang, bisa saja asumsi kamu yang benar". Tiba2 di depan kami berdua, lewat gadis dengan rok mini,  broedin melotot tak lepas kemana gadis itu berjalan.  Opo asumsimu dien nek ngono?. " ojo main asumsi bro nek ngono,  iki rejeki,,, haahaaa". Rejeki ndasmu dien,  tak keplak kepalanya,,,,

Buat anak2 perempuanku,  berpakaian agak nutup ya, ga ada jaminan kalau kalian ketemu broedin van klompen,  matanya melotot seperti lihat duit seratus ribuan,  kalian pasti jijik dilihatin begitu,  jangan salahkan dia,  karena dia lagi berasumsi tentang pakaianmu bukan bagian tubuhmu,,,, 😀😀😀😀

Jumat, 23 Desember 2016

Mengukur waktu(re-intro)


Saya ini paling sentimental dengan hal yang berbau perpisahan,  seolah hidup sekejap berhenti saat sahabat,  orang terkasih,  tiba2 meninggalkan kita,  bisa nangis bombay. Bukan karena tidak bisa ketemu lagi,  namun kenangan yang tersisa membuat semuanya begitu Indah,  yup keindahan itu yang bisa menitikkan air mata.  Namun anehnya saat melihat kematian berpisahnya ruh dan raga, tidak lantas saya menangis.  Buat saya kematian adalah jalan kembali pulang,  welcome home,  kegembiraan seharusnya.

Nahhh,, dalam kehidupan inilah saya terlalu sering melihat "kematian" kecil. Ada yang rautnya cantik dan tampan,  sehingga kemana2 itu yang d banggakan,  bagi saya kematian. Demikian halnya kepintaran yang di nomor satukan, kelimpahan waktu yang disediakan Tuhan pun bisa jadi pertanda kematian itu sendiri.  Susahnya,  anak2 muda, tampan, cantik, pintar, mereka menjemput kematiannya sendiri dengan tidak bisa mengukur waktu saat ini. Yang mereka bayangkan adalah masa depan dengan segala asesorisnya menjadi ini itu, punya ini itu yang dianggap parameter sukses. Sahabat saya Broedin kadang terkekeh melihat fenomena ini sambil tidak lupa misuh jancuuuuuk. Sengaja "u" nya dipanjangkan untuk penekanan.

Dia bilang,  ini adalah hasil pendidikan kolonial yang telah jadi DNA di dalam darah anak cucu kita. "Mas bro, inilah hasil nya,  kolonial sengaja dari dulu merekonstruksi bangsa ini dengan mindset kultur hedonis materialistis yang dibungkus modernitas kekinian",katanya.  Byuhhhh, kata2 nya dapat darimana,  maksudnya piye to Dien,  ente arudam ko iso ngomong opo tadi yang ada nis2 nya.  " hedonis mas bro". Sejenis lopis yo Dien kui?. "Lopis ndasmu mas bro,,, iki sudah darurat,  peyan jek guyon ae". Lahhhh,,,, saya nyerggah. " gini mas bro,  anak muda sekarang menjemput masa depan dengan harapan jadi ini itu,  pengen cepet sukses dari sisi materi,  duit, fulus dsb dengan penekanan,  bahwa urip ya harus begini,  opo gak nelangsa,  wong itu sudah settingan penjajah ratusan tahun yang lalu,  dan mereka tahu dengan kekayaan alam negeri bernama indonesia yang melimpah gak ingin anak cucunya kelak kuat,  hingga racuni dengan gaya hidup hedonis,  beri mereka gula sampai mereka letoy kena diabetes,  saat itu terjadi,  mereka mulai bergerak pasti dan kuasai , inilah hasil yang kita dapat dari sekolah feodal,  opo ga njanjuki mas bro" berapi2 broedin seperti lagi kampanye sambil mulutnya berbusa.

Terus opo yang harus kita lakukan dien? "Nahhh ini pertanyaan Bagus,  makanya mas bro,  ente jangan keenakan bertapa di jalan sunyi,  mudun gunung,  lihat anak2 muda yang gelagapan dibanjiri arus modernitas, lihat anak muda yang merasa madesu alias masa depan suram karena tidak bisa ikut arus gaya hedonis". Loh ko aku,, hubungane opo sama saya. " lah ente kan sebagai abdullah,  punya kewajiban,  terangkan sama nak kanak children,  kalau hidup tidak diukur dari waktu esok,  tapi kini,  mosok ga tau mas bro,  di bukune Eckhart Tolle,  the power of now sudah di sebutkan". Saya jingkat kurang ajar arek iki,  buku psikologi seberat itu dia lalap koyo moco komik,  minder saya dihadapannya. Terus aku kudu ngopo dien,  lah ente sudah tau kenapa bukan ente?.

"Arek muda sekarang ini mas bro, lebih menyukai hal yang instan,  pengen sugih instan, iso entuk bojo Ayu instan,  nek iso budal nang mekkah bolak balik,  mbok pikir donya iki duweke mbahe opo,  mereka tidak menyukai proses,  hal yang diselipkan oleh produk penjajahan,  terus kita harus lapo?  Mbuh mas bro aku yo ngelu ndelok arek sakiki"
Saya tertegun lihat sahabat saya masygul,  anak2 muda yang menyambut kematiannya sendiri,  mengukur waktu dengan hal yang tak berkualitas, hanya berkutat dari keinginan yang tiada habisnya,  lantas ini salah siapa?.

Jumat, 16 Desember 2016

Sudah kuduga

Saya lagi demen nyimak quotes yang sering di bagikan oleh temen saya yang bernama Broedin van Klompen,sahabat saya yang menjabat jukir di bilangan kembang jepun,  jangan tanya,  meskipun jukir isi share wa nya sufistis.  Tutur katanya lembut dengan logat MA( madura asli,  atau GM- genuin of madura)  nya yang medok.

Misal,  pagi sekali sudah terpampang di beranda wa saya : urip mung mampir ngombe,  ojo dumeh, ojo adigang adigung,,, dsb,,, dsb.  Atau lain kali pake bahasa madura : kenca-kenca,  palotan-palotan,  dimin kanca,  satiya dedi taretan( dulu temen sekarang jadi saudara).  Saya biasanya langsung Kasih jempol empat. Dan kadang bikin status yang sedikit nyerempet undang2 TEI,  dia bilang,  kalau madura bisa jadi propinsi,  Surabaya akan kehilangan potensi ekonominya,  dan akan sangat tergantung dengan propinsi baru tsb.

Saat saya tanya kebenarannya dengan terkekeh dia bilang : pean masak ga tau mas bro ( niru gurpan kalau manggil nama saya pasti pake bro(Ken wing)  entah dari mana tau itu) kalau jukir yang kebanyakan dari madura hijrah pulang kampung,  sampeyan mau nanggung rumitnya ngatur parkir setelah saya tinggal? Saya manggut2 ga ngerti,  opo hubungannya dengan kehilangan potensi ekonomi.  Tapi bukan broedin van klompen kalau ga bisa menjelaskan.

Dia bicara mikro ekonomi, dan non formal ekonomi yang di garis grass root ( pening pala awak,  istilah gitu tau dari mana dia) kebanyakan di kerjakan saudara sekampung,  kolega, istri yang di bko ( bawah kendali operasi) untuk bantu suaminya,  mulai jualan makanan kaki lima yang menyediakan makan siang pegawai kantor toko hingga jualan pulsa.  Sepele tapi penting,  saya sudah merasakan bagaimana saat hari Raya madura aluas idhul adha,  alias toron,  Surabaya sunyi senyap,  kelabakan cari makan siang.

" dien ente bisa analisa,  bisa share gitu copas dari mana? "Saya coba pancing. Mas bro ki menghina,  neh bacaan saya,  saya lihat dari majalah bekas,  kadang ada kutipan tentang hidup seperti yang sering di bagikan di wa,  malah dia lagi suka baca jurnal review ekonomi jatim dari majalah entah tahun berapa wong sudah bekas,  namun analisanya tajam. Saya kadang menduga,  dia sebenarnya malaikat yang lagi nyamar,  atau setidaknya intel lagi tugas,,,, (yaaa gak dien heee,,,,) . Namanya juga nanya din,  kan aku juga sering dikirimin sama temen kamu,  kang jarkoni hal yang sama.

Jangan percaya sama temen itu mas bro." loh memang kenapa dien? ". Setengah menggerutu dia bilang,  orang itu yaa mas broken wing,  yang dipercaya bukan lisannya saja,  tapi perbuatannya,  logikanya,  perbuatan berimbas ke lisan.  "Lahhh kan itu saudaramu sendiri dien? ". Iyaa,,, tapi sudah dingetin bolak balik ga mempan yaa sudah biarkan. " masalahnya opo to,,,? ". Gini mas bro,  broedin mulai serius,  status wa nya yang di share memang Bagus2, seperti dia sering Kasih status manfaat shalat malam,  bahkan subuh berjamaah,  saya tau maksudnya nyindir aku itu mas,  wong gara2 saya nonton final bola indo-thailand, sampe karipan, ehh dia kirim status di wa.

" terus kamu marah? ". Ya iyya lah wong dia kirim status gitu juga ga pernah subuhan apalagi yang lain,  jangan percaya sama dia,  namanya juga jarkoni,  iso ujar ga bisa ngelakoni.  Ohhhh,,,, saya menahan geli,,,dan satu lagi mas bro,,, dinegri ini banyak yang semacam itu,  jarkoni2 yang lain.  Husshh omonganmu mulai nyerempet dien."indonesia ini negara kaya,  gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerta Raharjo". Lah yang ngomong indonesia kui sopi mas brooooo,,,,.  " lah kamu barusan". Saya bilang "negeri ini",  bukan indonesia. Apa bedane dien,, saya mulai kuatir dia kumat. Indonesia mah "negeri itu", jelasss kan,,,, tiba2 jadi logat kekinian. Ahhh dien pikiranmu itu loh saya ga nyandhak alias ga nyampe,,, mbuh dien karepmu. Klunting,,,, tiba2 ada status masuk berbarengan,  setelah kami lihat,  ternyata dari jarkoni : ngerasani aku yo mas,,,,, hahaha,,,, kami tertawa dan misuh bareng,,,, jancuuuuk. 😁😁😂😂

Rabu, 14 Desember 2016

Corner time with gurpan

Gurpan tiba2 tanpa babibu muncul dari belakang terus nabokin saya,,, plak plak,, sambil menangis. Saya tergagap hanya bengong karena baru kali ini saya melihatnya menangis. "Broken wing,  ente egois banget seh,  kamu tutup jendela dengan korden tebal,  kamu biarkan Wangi bunga,  udara pagi masuk paru-parumu,  kamu biarkan rumah dan ventilasimu tertutup,  karena kamu asyik masyuk"

Saya bingung juga maksudnya apa, sebingung kenapa menangis histeris. Namun seketika diam dan terkekeh setelah datang secangkir teh hangat dan kacang rebus kesukaannya. Enak juga ya pagi gini ada teh sama kacang, katanya sambil nyeruput teh nasgithel. "Lah ente ngapain juga nangis barusan,  sekarang malah ketawa ketiwi". Ohhh itu kan akting doang broken wing,  hidupku kan harus berwarna, pengen ngerasain gimana seh menghayati kesusahan.  "Semprul,  gurpan nyindir neh? ". Dia hanya terkekeh terus nyahut : kamu lihat pagi begini dari dalam rumahmu pemandangan di luar begitu Indah,  diantara embun dan kabut yang menyatu,  ada goresan warna dari bunga depan rumah,  masa kamu masih tidak percaya ini realita. Saya terkejut,  karena memang Indah dan baru kali ini melihatnya mirip gambar yang ada di mbah google.

"Broken wing, inilah hidup,  lihat di balik keindahan lanskap kecil,  ada sebuah kesadaran yang menciptakannya, ada banyak hal yang bisa kamu jelajahi selain jalan sunyi,  sekali kali terbanglah dengan sayap patahmu,  meskipun grathul2 awalnya susah,  tapi saat kamu naik,  ada pemandangan yang luar biasa". Saya hanya manggut2 tanda tak mengerti. " dulu kamu pernah tanya kan,  dimana ujung jalan sunyi". Yup gurpan ente bilang di wc,  hanya sampai sekarang masih belum ngerti kenapa harus wc?. 

Gurpan tertawa tetbahak kemudian batuk,,, haaahaaa,,,, uhuk,,, uhghh.  " broken wing,  bukankah wc lambang dari semua pelepasan kotoran, setelah lewat mulut Wangi,  enak,  kenapa disana jadi bau dan kotor? Saya menggeleng tak mengerti . "Jangan sepelekan,  selepas BAB,  pipis,  kamu ngerasa enteng kan,  begitulah saat tiba di ujung jalan sunyi,  dirimu harus melepas beban supaya hidupmu enteng,  saat kamu merasa enteng,  kamu masuk sebuah situasi dimana dirimu merasa kecil dan terus mengecil,  hingga hilang entitasmu,  saat dirimu terus mengecil hingga sebesar atom,,,, maka cliiiing,,,, kamu menghilang,, dan kamu jadi bagian makrokosmos yang tetamat besar".

Saya hanya bisa bengong dengan omongan gurpan yang nyerocos sambil sekali kali kulit kacang ikut di kunyah.  Terus kesimpulannya opo gur?. " yeaaahhhh,,, ente gebleg amat,  rugi aku tadi ngomong ngalor ngidul,  ternyata kamu ga gal paham,  yaudah nikmati aja pemandangan,  buka jendela kamarmu lebar-lebar,  disana inti hidup bisa kamu pahami secara sederhana". Hmmm,,,,

Selasa, 13 Desember 2016

kesadaran tentang diri


Pulang kerja saya langsung di berondong pertanyaan sulit sama anak mertua  yaah,,apa yang dimaksud kesadaran diri. Bingung dengan maksud tersebut saya tanya bagaimana bisa dapat pertanyaan begitu. Ujung-ujungnya adalah lihat pengajiannya emha tentang kesadaran yang dipinjamkan untuk menyadari keberadaan manusia dan asal usulnya bagaimana kesadaran ini mengakibatkan perubahan tentang bagaimana entitas bernama manusia dan akan kemana. Ah,,,ini mirip nostalgia saat saya menelusuri jalan sunyi beberapa tahun yang lalu setelah keputus asaan tentang pencarian makna hidup. persis dengan sahabat saya setelah ditinggal pergi oleh kekasihnya bagaimana menahan rindu terhadapnya sampai hingga suatu malam di atas keperihan dia bertanya pada diri sendiri : begini rasanya merindukan manusia, bagaimana pedihnya saat saya merindukan penciptanya.

Dan,,,cliiing,,,sahabat saya ini seperti memperoleh pencerahan dan mulailah perjalanan spiritualitasnya hingga bertemu dengan saya. Bedanya sahabat saya benar-benar menempuh jalan sunyi, menjauh dari materi, sedang saya menjauh dari persepsi tentang materi itu sendiri, dan ketemunya juga kebetulah sama-sama rehat dari pekerjaan yang sama. Nahhh,,,kembali dari pertanyaan dasri anak mertua, saya ditunjukkan orasinya cak Nun,,,dan saya tersenyum sendiri, bagaiamana beliau menjelaskan materi, manusia dari sisi fisika kuantum, yang berujung materi adalah gelombang, dan semesta seisinya adalah resinansi (fayakun) dari sebab utama (kun). Jadi,,,bintang, matahari tercipta atas resonansi kun jadi fayakun, artinya kita tercipta dari zat yang sama dan berujung dari zat yang paling awal. Belum lagi  peneliti fisika mengatakan bahwa seluruh penciptaan semesta ini diawalai oleh sebuah kesadaran, bukan dengan sebuah kebetulan. Sehingga jika manusia sebagai entitas memiliki kesadaran tentang dirinya, pertanyaannya darimana kesadaran itu berasal.

Maka mengalirlsah cerita tentang proses kesadaran ini yang menurut cak Nun adalah resonansi dari kesadaran yang paling Utama dan saya meterjemahkannya adalah proses dari : tiada - mengada - meniada. Jadi untuk mengetahui sumber kesadaran itu sendiri, yang harus di maknai adalah manusia harus merasa kecilo di tengah makro kosmos ciptaan Tuhan, kesadaran manusia kecil dan akan makin mengecil sampai sebesar atom dan pada saat itu maka entitas bernama broken wing, manusia akan lenyap mengalir dan berputar bersama makro kosmos lainnya. Pada saast itu kesadaran manusia tentang ruang dan waktu lenyap semua bertasbih mengelilingi dan tawaf mirip perputaran semesta.

Tumben2 nya nyonya ngasih pertanyaan seberat itu membuat mata ini berkaca-kaca karena senyumnya mirip Adinda, anak semata wayang saya, dan saya bilang sejak lama pengen ketemu nabi Khidir yang konon tidak wafat sampai kiamat mau nanya aja gimana kabar Adinda disana, kalau boleh nanti pas kita bertamu ke rumahNya, tolong ajak dia, bukankah beliau bisa menafikan ruang dan waktu,,,,ahhhh tiba-tiba kami berkaca membayangkan andai keajaiban itu bisa terjadi, entah ini sebuah kesadaran atau lamunan yang jelas sama-sama indahnya.