Sabtu, 30 Juli 2016

Trip to the soul


Status sabtu
Saya selalu belajar sesuatu di tiap pengalam dengan bertemu orang. Hari ini saya belajar sesuatu jika anda memilih karir apapun juga,passion teramat penting,karena ia yang memberi energi,gairah yang tak ada habisnya. Banyak kolega,sahabat,teman saya sukses dalam pengertian finansial,keluarga dan kehidupan sosial karena memiliki passion yang tidak ada padamnya.

Saat saya tanya kuncinya kenapa bisa begitu cepat melambung, dengan terkekeh dia menjawab:" broken wing, saya lakukan semua ini karena saya suka, saya tidak pernah memikirkan hasilnya, terutama uang. Memang uang diperlukan, namun itu mengalahkan kecintaan saya sengan apa yang saya kerjakan apalagi saat itu menyentuh banyak orang. Ada hak yang tak bisa diuangkan,banyak kejutan bersifat spiritual dan itu tak bisa dinilai dengan apapun".

Saya hanya melongo, ditengah hiruk pikuk berlomba menumpuk materi,kekayaan tanpa batas, sahabat saya sedikit beda,menyimpang dari jalur mainstream umumnya, dan saya tak percaya sengan ungkapannya. Sedikit mensesak saya cecar dan giring sengan peryanyaan yang agak memojokkan. Akhirnya bobol juga :" sahabatku broken wing, dulu saya berangkat dari keluarga yang tak punya,sehingga kemiskinan adalah nafas keseharian sehingga saya berfikir satu2nya keluar dari masalah ini adalah punya uang banyak, dan saya bekerja keras siang malam sehingga dalam kurun waktu tertentu apa yang saya bayangkan didapat sekaligus kehilangan".

Maksudnya?
"Dengan uang berlimpah saya bisa lakukan apapun namun saya kehilangan sahabat bahkan keluarga terdekat meninggalkan saya karena melihat saya berubah. Ditengah kekeringan itu saya merenung, dengan segala hal yang mungkin saya punya bisa melakukan apa saja, namun buat apa jika orang yang saya sayangi pergi".
" saya sadar kepintaran dan uang bukanlah jalan menuju sukses lahir batin jika digunakan untuk egoisme semata ia harus berdampak pada orang lain, jika tidak, uang mirip gula makin banyak dimasukkan ke tubuh justru akan menggerogoti kesehatan kita, makanya saat saya bergerak dari titik nadir finansial ke titik nadir spiritual, banyak kehilangan waktu berharga. Hari ini saya menebusnya dengan melakukan aktifitas utama saya tanpa memikirkan uang. Hidup memang naik turun,godaan banyak dialami, namun saya tidak mau terjebak kedua kalinya pada hal yang sama. Hari ini, hidup saya bahagia, hati saya damai, dan berdampak pada keluarga merasakan hal yang sama".
"broken wing,saat kamu melakukan sesuatu secara total,masuklah kerumahNya, masuklah dengan total atas namaNya, hanya untuk Allah semata, niscaya banyak keajaiban yang akan ditemui dan itu indah".

Sekali lagi melongo dengan penuturan sahabat saya seperti peluru meleaat dari AK47 tak banyak yang bisa saya cerna.

Sabtu, 23 Juli 2016

Drip


Renungan sagu(sabtu malam minggu)
Ada yang salah menurut saya tentang anak,adek,kakak yang masuk dunia kerja, tidak menyalahkan memang karena ada juga kaitannya dengan sistem oendidikan di negeri ini,,,loh,,ko bisa? Entahlah, saya menganggap diri ini  katakanlah "korban" kurikulum se uah rezim dimana ganti rezim akan ganti pula kebijakan sistem pendidikannya. Tapi saya beruntung bisa mengalaminya, mirip dengan pengalaman minum ibat yang pahit jadi bisa membandingkan.

Begini, ada gab dan jarak teramat lebar antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Disekolah anda dinilai pintar jika anda bisa mereduksi kemungkinan kecenderungan setiap kesalahan sehingga anda punya nilai/IP sempurna. Anda dinilai cumlaude bila jejalan SKS  bisa anda selesaikan sengan nilai A semua. Sehingga basdan anda disematkan kategori pintar untuk menyelesaikan seju lah kurikulum. Pembebanan hanya pada kemampuan otak memang tidak salah, namuan akan jadi masalah jika tidak diimbangi dengan budi pekerti, seperti empati, kejujuran,  tanggung jawab.

Sebaliknya, di dunia kerja, kepintaran hanya prasyarat masuk biar anda tidak kelihatan o'on saat menerima tanggung jawab. Penekanannya adalah anda harus mengakomodasi setiap kesalahan bahkan memeluknya biar anda belajar dari kesalahan itu sehingga saat anda diberi beban kerjaan seberat apapun, ada gairah untuk menerima tantangan sehingga anda secara mental akan terus naik kelas. Setiap kenaikan kelas mental anda, berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak, karyawan, bawahan dsb sehingga anda "diganjar" dengan income yang seimbang, menurut saya ini rumusnya. Nah kesuksesan bukanlah ganjaran yang anda terima, itu efek, kesuksesan adalah seberapa besar anda. Erpe ngaruh terhadap kelayakan hidup/hajat banyak orang. Sebwrapa besaranda berguna bagi orang lain.

Susahnya paradigma sukses identik dengan kepintaran di sekolah, masih banyak terjadi dengan mengabaikan empati, kejujuran, tanggung jawab. Kadang saya suka geleng kepala dan miris saat negoisasi salary dikaitkan dengan kepintaran
Tapi begitu diberi beban yang seimbang, lari dari tanggung jawab sengan alasan bahwa kepintaran saya tidak cocok dengan beban ini. Kalau sudah begini saya hanya ngeluh pakai bahasa khas jogja :piye ngene iki jal,,,,(bukqn singkatan dajal hehee). Say i'm sorry,,,kepintaran hanya pondasi anda berfikir runtut dan logis, kepintaran di sekolah akan memudahkan anda untuk pendekatan pekerjaan yang jadi tanggung jawab anda, tapi itu semua tidak cukup, anda tidak mungkin sukses sendiri tanpa bantuan orang lain, anda harus mendukung yang lain juga untuk sukses. Sehingga anda butuh kepintaran emosional, bahkan kepintaran spiritual, hal yang sekarang banyak dikaji di negara yang mengandalkan logika dan otak seperti di barat.

Sekarang  banyak perusahaan mulai mendulang SDM nya dengan menitik beratkan pada EQ bukan IQ dengan alasan yang teramat logis yaitu efisiensi,,,loh,,kok? yup kepintaran otak bisa dinaikkan dengan pelatihan yang benar dan tidak butuh waktu lama, namun kepintaran emosional malah sebaliknya, butuh waktu lama dan itu investasi yang mahal. Bahkan organisasi apapun di masa depan yang akan bertahan akan diisi oleh orang yang secara emosional/EQ/SQ nya tinggi. Jadi masih mau mengandalkan kemampuan anda untuk meraih sukses ?yang perlu anda tahu, definisi sukses bukan terletak pada seberapa tinggi jabatan dan pendapatan anda, namun seberapa besar dampak yang anda berikan untuk kebaikan bersama. Ohh yaa satu lagi, jika anda bekerja demi mendapat uang, akan anda memperolehnya bahkan lebih, namun sukses belum tentu didapat kecuali memiliki uang banyak. Namun jika anda bekerja demi orang banyak, anda tidak saja didukung oleh teman, kolega, namun juga semesta, alam, air, angin, batu, embun, bahkan matahari bintang akan mendukung anda. Apa yang akan diperoleh?saat disana uang adalah hal paling anda abaikan karena bukan masalah utama, yang dirasakan adalah bertemu kata yang sebelumnya diabaikan yaitu : CINTA,,,,percaya?harus hehehee,,,,

Sabtu, 16 Juli 2016

Pagi di bwi

Kita mendekap ketulusan, kebahagiaan, kesabaran, toleran, hanya untuk kita sendiri, jarang membaginya untuk orang lain, bahkan untukNya. Kita terlalu sering kepo tatkala orang lain memperoleh lebih sedang kita tidak. Kita terlalu sering baper tatkala doa2 kita padaNya mirip angin belaka. Jarang  banget tahu bahwa yang diperlukan bukan saja siap menerima senyum, tawa namun juga menangis dan sedih. Saat  Tuhan mengabulkan doa kita, bahagia bukan kepalang, saat doa  tak terkabulkan segera, mengeluh sepanjang waktu. Perniagaan apa yang sedang kita lakukan padaNya? Kita juga terlalu sering GR merasa dekat denganNya namun abai jika dibelakang rumah, samping, ada tertangga begitu kesulitan untuk menafkahi keluarga, sulit membeli kebutuhan sekolah anaknya. Kita senang telunjuk kita meruncing ke depan tanpa sadar empat jari yang lain menunjuk ke diri sendiri. Transaksi yang seimbangkah di perniagaan kehidupan ini denganNya.
#selfintro

Minggu, 10 Juli 2016

Fenomena baju baru

Fenomena baju baru
Semula saya mengira kalau lebaran pake baju baru saat silaturahmi, saat reuni dengan temen sekolah, pasti mereka akan memperhatikan baju yang kita pake, model yang sedang trend. Ternyata anggapan saya salah, kemarin saat lebaran, sanak saudara terutama orang yang kita anggap tua, tidak memperhatikan apakah baju yang dipakai baru atau tidak ( mungkin ga tahu ini baru apa tidak), malah melihat "hati baru" kita, yang menghantar diri ini kesana untuk mengucap maaf. Demikian juga saat reuni, tak satupun yang memperhatikan apakah kita pake baju baru atau tidak, karena yang dilihat adalah wajah sambil mengernyit mengingat nama.

Lantas, kalau memang itu, kemana baju baru yang dibeli dengan berdesakkan di mall, dengan suara keras meng atas namakan tehaer, kalau ketika hari "H" tak sedikitpun meliriknya. Malah yang paling genuine adalah anak-anak, mereka melihat kita dari angpau nya bukan bajunya. Fenomena baju baru agaknya jangan-jangan adalah trik marketing buat menaikkan penjualan :-D dengan menumpang momen lebaran, seperti halnya iklan sirup begitu gencar saat akan menghadapi hari raya, dan setelahnya meng-hibernasi :-) .

Tapi fenomena baju baru malah bikin asik, banyak cerita disana, banyak kenangan yang akan ditularkan ke anak, anak ke cucu dan seterusnya. Baju baru lebaran memang bukan subyek cerita, ia hanya trigger, pengungkit narasi yang begitu banyak kata yang tak teryampung bila diceritakan. Ironisnya, swmua itu dilakukan hanya berujung pada kata "maaf" yang tiap hari mungkin jarang dilakukan namun efeknya begitu membekas dalam diri. Saya hanya ingin bilang : mungkin ini indahnya lebaran, baju baru mirip lampu setting di panggung, ia hanya menghantar dari drama yang ceritanya akan berlanjut sepanjang jaman.

Rabu, 06 Juli 2016

Terlarut aku

Saya terbangun jam 3 pagi, tubuh masih mengikuti ritme sahur puasa, takbir masih terdengar sayup sayup, syahdu. Takbir buat saya lebih senang di dengarkan dengan suara lirih, rasanya betapa diri ini keciiil,,,bingit dihadapanNya. Lantas dilanjutkan dengan tahlil, kemudian tahmid,,,dilantunkan dengan rasa diri ini teramat rendah, ampun maaakkk,,,,rasanya. Kalau sudah begini, diri ini tak pantas pakai baju baru, tak pantas mengaku sudah puasa sebulan penuh, tak pantas merayakan lebaran,,,malu,,,bahkan wagu saat menghadapNya. Jadi aneh saja setiap lebaran saya mindernya luar biasa bahkan pengen banget ngumpet. Namun kalau inget setelah shalat ied terbayang makan opor ayam,,,hilang sudah rasa itu,,,,mirip lagunya samson,,,:
" Terlarut aku
Dalam kesendirian
Saat aku menyadari
Tiada lagi diriMu kini"

Hadeuh,,,,,

Puasa, lebaran dan rest area


Puasa dan lebaran rest area kita
Kalau diibaratkan hidup adalah perjalanan, saya lebih mengibaratkan hidup mirp berjalan di jalan tol, karena begitu berjalan ia tak akan pernah kembali sebelum keluar gate, hidup juga demikian, tak akan oernah lagi kembali. Jika jalan tol banyak memiliki lajur, minimal 3, lajur kanan, tengah dan kiri, dimana lajur kanan untuk mendahului dan lajur cepat, lajur kiri untuk jalur lambat dan kendaraan besar. Hidup juga demikian, kalau anda ingun cepat sampai anda harus masuk lajur kanan (dikonotasikan kebaikan). Jalannya,,,kita tahu sebenarnya lempeng-lempeng saja, namun kita kadang selalu bergerak ke kiri ke kanan pengen cepet sampai (sukses dalam hidup, apapun persepsi dan definisi anda tentang sukses di kehidupan ini), mungkin ini yang namanya iman naik turun hehee,,,bahkan ada yang masuk bahu jalan segala (hobi saya kalau ke kantor kelihatan mau telat,,,hehehe).

Kehidupan yang selalu bergerak maju, dikejar keinginan, apalagi kalau "mobil" disamping kita jalannya cepet, bisa panas hati pengen balapan hahaa,,kalau kita mampu tak masalah, kalau tidak bisa runyam dengan berujung kecelakaan. Nahh pangkal kecelakaan biasanya tubuh terlalu penat, capek sehingga kita butuh rehat dengan berhenti di rest area. Puasa, adalah rest area kehidupan kita, disana seluruh panca indera diistirahatkan, seluruh batin kita yang lelah di recovery. Sebulan dalam setahun kita masuk rest area agar setelahnya tubuh dan ruhani kita menjadi fresh. Puasa tidak saja membuat badan berjarak dengan egoisme, batin juga diasah menjadi lebih waskita. Puasa adalah rest area paling baik yang harus kita temui. Puasa alah rest area yang Tuhan sediakan sebelum kembali berpacu pulang menemuiNya.

Jadi kalau di dua per tiga puasa, semua sudah sibuk dengan lebaran, mirip anda tidur baru terlelap di rest area, tiba-tiba dibangunkan satpam, dongkol gak? hehehe,,,. Bukan saja tidak fresh namun juga mwmbawa beban lelah yang tak hilang. Hari raya lebaran, buat saya mirip dengan gate keluar dari rest area, dari pintu itu kita tahu, kemana akan masuk jalan tol kembali, mau melipir ke kiri dulu sambil nyalakan sein untuk kasih kode kita masuk lajur kanan, atau lihat situasi. Puasa yang dilanjutkan dengan lebaran yang gegap gempita mirip mau masuk jalan tol mobil sudah digeber dulu gasnya seolah ga sabar pengen cepet sampai,,,yakin pengen cepet sampai?

Lebaran buat saya adalah transisi, ibarat di rest area sebelum jalan, mungkin kita cuci muka dulu, kalau perlu pipis :-D, siapkan bekal minuman atau makanan ringan. Dalam hidup, siapkan hati yang lapang, basuh dengan keikhlasan dan syukur, lihat tanda-tanda alias rambu dengan kerendahan hati (dengan takbir, tahmid dan tahlil ) sebingga saat kita kembali ke lajur kehidupan, menjadi lebih sabar, santun, elegan, tidak saling merendahkan yang lain, tidak saling menafikan yang lain gara-gara mobil kebidupan kita butut. Karena yang dinilai sebenarnya bukan seberapa cepat kita sampai, namun anda di jalan tol ugal-ugalan gak, suka memaki yang lain gak. Jadi kalau hari ini lebaran kita lakukan dengan gegap gempita menyambut kemenangan (kapan kita bertanding dan dengan siapa), jangan-jangan sebenarnya kita tidak mampir ke rest area, kalau toh a disana, tidak benar-benar kita manfaatkan untuk recovery ruhani kita, entahlah itu kembali ke pribadi masing-masing. Selamat hari raya idul fitri, gate sebelum kita berpacu dengan waktu, dan ssebelum sampai dirumah keabadian kita.