Senin, 29 Februari 2016

Ketika


Ketika hidup makin rumit dan tuntutan makin tinggi, kemana kita melangkah?

Ketika kita kehilangan logika dan etika hanya jargon diatas kertas belaka, dimana menemukan kebenaran sejati

Ketika kita berlomba hanya untuk pencarian dunia namun menafikan pencarian astetika, sedemikian sederhanakah hidup ini

Ketika kita kehilangan kesadaran sebagai " manusia" dan tiba- tiba asing dengan diri, kesalahan apa yang dibawa

Ketika pertanyaan tidak bisa dijawab dan hanya menemukan pertanyaan baru, hidup apa yang sekarang kita jalani

Ketika kematian begitu ditakuti dan terpesona dengan dunia, bukankah kehidupan tak kan ada tanpa menghayati makna kematian

Sabtu, 27 Februari 2016

Rehat


Dalam beberapa langkah,kamu harus menuai lelah
bukan perkara ini perjalanan panjang, bukan,,,,
ini hanya perkara memahami rindu yang terbentang
antara ufuk dan senja,tak ada yang tersisa untuk lena disana
karena hidup tak mungkin berperan untuk syak wasangka

Kemarilah, berteduhlah di perangai awan yang tak pernah dusta
ia hanya menyajikan senyum walau dirimu lihat itu mendung
ia hanya menggaris dimana letak kesabaran dan cinta
hingga mewujudkannya dalam kasih sayang
bukankah dirimu tahu itu?

Jadi, saat liku tak mampu menjadi yang terbaik buatmu
pahamilah,itu masih lebih indah daripada
menangisi hujan namun tak pernah tahu dimana akan lena
sebab sejauh berjalan hanya akan kembali di dekapan
selebihnya akan jadi rahasia

Senin, 08 Februari 2016

Sore disudut kota


Hujan di malang memang memberi semua kemungkinan untuk hadir
Mulai dari cucian yg enggan kering, jalanan yang macet selama liburan hingga menempatkan tubuh ini di kamar. Mendung dan hujan tak harus membuat mood juga demikian, ia malah menyuruh seluruh saraf ini untuk  rehat, recovery dari semua penat

 Entah tiba2 sore ini saya terdampar disudut kedai kopi di bilangan mall disana, sembari menyeruput kopi dengan iringan lagu sendu norah jones: dont know why, lagu paporit saya, terasa lengkap sudah hidup yg dijalani. Saya hanya coba merekonstruksi di tahun monyet, kira2 apa gerangan yg harus saya lakukan, biasanya inspirasi datang dari laku lalang orang dan rintik hujan di luar. Sesekali melirik istri yg tengah asik dengan kwetaw menu baru yg dicoba, sembari membiarkan ramen yg jadi santapan saya yg mulai mendingin.

Kota ini masih seperti yg saya rasakan hampir beberapa tahun lalu, mendung yg sama, rinai yg sama, dgn asa yg beda, satu hal mungkin kualitas oksigennya ttp sama, hingga memberi goresan kanvas hidup yg rupa2. Ada semacam dejavu yg membiarkan badan ini seperti pernah menyentuh waktu esok dan membiarkannya mengalirkan benak sampai ujung kesadaran berkisah. Kesimpulannya adalah hidup apapun ronanya pantas disyukuri dengan segala kelebihan,kekurangan. Saat kesadaran itu ada, ajaibnya waktu berhenti dan terfokus pada hal yg kini. Apa ini efek kopi atau yg lain, saya tidak tahu, yg jelas hujan mmg segera berhenti, dan saya makin menyayangi kota ini