Minggu, 26 Juni 2016

Edisi jelang lebaran



Edisi jelang lebaran
Di satu sisi mungkin saya orang paling introvert kalau menhadapi lebaran ini, bagaimana tidak, sejak awal puasa, niat sungguh-sungguh berpuasa seutuhnya, agak belepotan karena rintangan mentalnya banyak. Mulai taraweh yang jarang dilakukan karena tiap adzan maghrib pasti selalu di jalan tol yang makin lama macetnya tambah parah. Hingga sahur pun kadang saya lakukan tengah malam agar waktu tidur cukup untuk recovery. Sehingga menghadapi lebaran saya tidak cukup percaya diri karena merasa lebaran adalah puncak spiritual dari puasa. Setelah asik masyuk dengan kubangan bernama ramadhan, lebaran menjadi seperti mandi besar spiritual, dan saya tidak merasa yakin bisa memperolehnya.

Kadang saya iri dengan kegembiraan itu, seperti saya lihat di sepanjang jalan dimana pusat perbelanjaan ramai dengan hiruk pikuk dan pernak pernik menhadapi hari raya.  Buat saya keramaian itu adalah cermin dari "mandi besar spiritual" yang mereka peroleh setelah puasa, saya senang melihat wajah-wajah sumringah setelah sebulan menahan godaan panca indera. Memang kalau akhirnya makna lebaran agak sedikit kabur dengan balutan nuansa kapitalis yang dibungkus komoditas ekonomis, ini hanya ekses kegembiraan mengjadapi lebaran. Misal, entah sejak kapan lebaran identik dengan baju baru bahkan ada sekeluarga mengharuskan dress code tertentu (saya pernah menemukan saat sekeluarga pakai baju atasan dan bawahan warna putih saya menangis sekaligus takut, karena jadi mirip pameran hidup kain kafan)

Jadi, menghadapi lebaran malah saya jadi o'on alias pilon, karena tidak seperti lainnya, lebaran adalah puncak kesedihan tanpa tahu kenapa sebabnya, hanya ada sesuatu yang hilang, dan saat puncak takbir biasanya menangis, bukan karena kehilangan ramadhan, tapi menangisi kegoblokan saya yang menyiakan banyak kesempatan, dan ujungnya tersenyum lebar saat membayangkan habis shalat ied ada ketupat dan opor ayam. Soal baju baru? agak aneh kalo lebaran suka bergaya pakai baju takwa dan buru-buru ganti kaos hitam begitu sampai rumah. Kenpa hitam? biar keliatan lain sendiri awal syawal bukan kegembiraan tapi sebentuk kesedihan mendalam,,,(istri suka ketawa kalau saya bilang itu sambil berkata: gayamu wang wing wung,,,,)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar