Senin, 30 Maret 2015

detik hilang


dalam detik hilang
tercecer angan membuai seribu pasi
saat reda seperti mengejek kenaifan
seolah kebenaran adalah nurani yang mati
entahlah empati terlalu takut hingga sembunyi
kau redam hentakan jejak kaki seperti gemulai penari pelangi

bukankah hidup hanya membaca ya atau tidak
hitam putih tanpa ada abu abu
seperti warna mimpi yang selalu menemani sunyi
dan seperti esok yang selalu datang
tirai air mata mencoba menahan luka agar tak lagi membuncah
seperti ketika embun dan pagi tak lagi berdebat siapa yang paling merindui
sejenak,,,terdiam detik pun menghilang

Sabtu, 07 Maret 2015

for 26 sept


Ketika hidup mengharuskan kita meninggalkan kemarin
Jalan yang terlihat hanya menginginkan keikhlasan
Betapa lama bukan kita melihat asa menjadi tempa
Itukah janji yang kita mau, melihat ke depan dengan ringan
Menyusuri setapak diatas jalan gemerisik daun gugur
Menatap jauh hanya buat menemui inilah kita
Berdua dan kelak bertiga berjalan di awan
Membiarkan angin membisiki ucapan mesra :
Tuhan menginginkanmu kembali dengan ceria,adinda menunggu disana


ini bulanmu nak


mungkin, jarak memang telah lama dan akan makin menjauh
tiap langkah hanya memungkinkan untuk makin lama meniti waktu
dera adalah mimpi yang tak akan berakhir di ujung harapan
sebuah tempat akan ada disana
ketika hidup hanya meronce satu satu bunga mekar bernama rindu,,
bukankah itu bagian dari kebaikan,,,selama itu
jadi,,,biarkan ayah  manakar senyum kamu,,,sekarang
karena ini bulanmu nak