Rabu, 28 Januari 2015

Manunggaling kawulo Gusti


Dalan tataran berketuhanan, terasa apa tidak, ada tali iamginer yang menghubungkan kita dengan Tuhan. Untuk itulah doa doa kita cantolkan disana agar didengar apa permintaan kita, harapan dan keinginan. Tali ini senantiasa menjaga diri ini agar kita selalu berpegang erat padaNya sehingga seluruh waktu yang kita habiskan didunia ini memberi berkah keselamatan bagi kita. Problemnya, sering diri ini terjebak dengan perasaan ge er merasa telah sempurna, merasa ge er dekat denganNya sehingga tanpa terasa suka menafikan lainnya.

Hidup, adalah integrasi semua yang ada di dunia, baik makro kosmos hingga mikro kosmos dan manusia yang ditugasi ini alias menjadi khalifah, alias penerima mandat dariNya. Manusia, memiliki keistimewaan dibanding lainnya yaitu dia memiliki tempat, singgasana alias maqam dihadapanNya.  Bila mau berhipotesa, maqam Tuhan ada di Arsy maka maqam manusia ada di bumi, dan itu dihubungkan dengan sebuah tali imaginer bernama spiritual. Nah,,berbicara tentang maqam (bukan makam), maka maqam Tuhan bersifat tetap,,,celakanya maqam manusia ini suka tidak stabil alias dinamis dan selalu bergerak. Bergerak kemana? bergerak naik menuju maqam Nya, sehingga Tuhan perlu membuat seperangkat mekanisme agar manusia tidak bergerak naik, kalau tidak, maka keseimbangan tali imaginer antara Arsy atau mudahnya langit dan bumi akan tidak seimbang, dan ini akan berdampak pada kehidupan itu sendiri.

Hal apa yang bisa membuat manusia selalu bergerak tidak membumi? yang paling gampang adalah sombong, karena merasa paling tinggi, paling berkuasa diantara manusia yang lain. Kalau boleh dibilang dua kutub antara langit dan bumi tidak boleh bergerak, harus stabil, terutama yang dibumi. Kadang manusia dengan ego yang ingin selalu meninggi bergerak ke langit membuat ketidak stabilan kehidupan. Bukankah sejarah mencatat, kehidupan kelam di bumi selalu dipimpin oleh manusia yang tinggi hati. Itulah sebabnya, maqam tertinggi manusia adalah merendah serendah rendahnya, belajar pada laut yangt menerima air terbanyak karena merendah, manusia pun harus demikian. Ketika kutub manusia dalam posisi merendah, kehidupan akan berjalan damai sesuai keinginanNya. Namun tatkala sebaliknya, kehancuran yang didapat. Ketika terjadi seperti itu, mekanisme Tuhan pun berjalan, ada yang dijatuhkan supaya ke bawah lagi, ada yang diberi kesakitan supaya menunduk ke bawah lagi. dan hebatnya ada yang diberi singgasana maqam manusia yaitu ditiadakan alias diwafatkan dan tempatnya di makam. Kematian adalah singgasana maqam manusia paling tinggi, saat berangkat dari tiada lantas mengada kemudian meniada, proses inilah yang membuat manusia bergerak dari sempurna menuju kesempurnaan.

Hubungan dua kutub yang saling mengimbangi tatkala berjalan dengan sempurna membuat hidup manusia sampai pada tataran manunggaling kawula gusti, secara harfiah bukan bersatunya manusia denganNya, namun berjalannya keseimbangan antara dua kutub, yang satu di bumi yang satu dilangit.Saat itu terjadi, maka apa yang diistilahkan Tuhan sebagai rahmatan lil alamin bukan retorika.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar