Jumat, 24 Januari 2014

sajak kecil buat adinda

kita telah lama mengukur jarak bernama cinta
berapa jauh terbilang tanpa henti menggumam
disetiap malam yang enggan terbuai
selalu lagu nina bobo tak henti  hingga kantuk tiba
bukan kantukmu tapi aku sampai gigitan kecil di pipi
sekedar tanda,,, lagu itu yang diminta
(sembari menertawakan kantukku yang buatmu terlalu lucu)

bukankah itu untaian frame hidup yang tak bisa lupa
bahkan sampai tak bisa seberapa kesal ketika malam yang larut
lagu itu yang membuatmu menatap mataku tanpa meminta
dan setelah lama berlalu
akhirnya tahu kalau semua itu hanya bentuk cinta
(darimu)



Selasa, 21 Januari 2014

Dialog Imajiner


Siang itu saya "ngaji" dengan putri semata wayang di sebuah mall ketika dari sudut cafe seseorang melambaikan tangan seperti mengajak untuk mendekat dan ternyata kejutan,,,Gurpan dengan senyum lebar :"Broken Wing apa kabar,,,hmmm ini pasti Adinda,,,udah makin besar saja,,,pakabar nduuuk,,,.". Ahhh Gurpan sedang apa sesiang ini disini (saya tahu bukan sebuah kebetulan beliau ada disuatu tempat),,,". "Akung  lagi apa disini" putri saya tersenyum lebar melihat akungnya disini, karena buat dia pasti ada suatu hal yang menggembirakan. Tahun lalu saja Gurpan memberinya hadiah tiba-tiba, jadi kalau sekarang ketemu, matanya seperti melihat "harta karun". "Sini-sini,,,kamu mau makan apa nduuk pesen saja jangan hiraukan bapakmu itu dia udah terlalu lama untuk menghindari makanan yang beginian,,hehehe". Kami lalu mengambil meja sudut dan pembicaraan pun mengalir.
"Kebetulan kamu lewat, aku sedang menunggu tamu ketemu disini tapi tadi tiba-tiba karena suatu hal dibatalkan". Memang tamu penting yaa kung,,,tanya Adinda."Hmmm yaa nduk saya hanya kasihan aja, dia orang berkecukupan tapi batinnya kering" Dia seorang public figure, akademisi dan menjadi komisaris di beberapa perusahaan BUMN , kamu pasti tahu orang itu karena sering terlihat di TV, kata Gurpan sambil merogoh ponsel dari saku celana dan memperlihatkan foto beliau orang yang akan ditemui Gurpan. Saya lirik Adinda hanya senyum-senyum sambil mengunyah makanan yang ada di depan

"Wing, saya hanya ingin bilang, kekayaan adalah bagian dari kesejahteraan, namun kekayaan bisa jadi bencana dan  paradoks", Saya mengangguk-angguk paham." Tidak banyak orang  mengerti bahwa kesejahteraan tidak identik dengan kekayaan  dan yang namanya kaya, itu ada tekniknya ada SOP yang harus dipenuhi agar kekayaan itu bisa bertransformasi menjadi kesejahteraan". Ini saya yang bingung Gur. " Gini bro,,,,saat orang tak mampu memenuhi kebutuhan dirinya, otomatis orang itu mendapat zakat. Ketika bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya namun tidak ada kelebihannya dia tidak diharuskan membayar zakat. Namun ketika semuanya telah berlebih, secara S.O.P dia harus mengeluarkan zakat, kalau tidak, mekanisme alam akan membuat kekayannya menjadi toksik buat dia dan keluarganya". Waduhhh...ko serem gitu Gur.... Bukan serem tapi ini mekanisme yang udah paten dari Tuhan, sama saja seperti lapar harus makan, haus harus minum..". Ohhh,,lantas jumlahnya berapa Gur?. Aturannya kan 2,5% tapi kalau kamu merasa punya etika dan malu dihadapan Tuhan mestinya lebih dari itu. Ini cara pendistribusian kesejahteraan yang adil broken wing,,yang memberi akan dijanjikan Tuhan akan sejahtera lahir batin, terlebih yang diberi, bukankah ini keseimbangan yang indah,,,Gurpan tersenyum dan saya manggut-manggut,,saya lirik Adinda putri saya tersenyum-senyum. "Napa ndukkk dari tadi senyum-senyum terus","Gapapa Kung,,,akung ko pinter gitu seolah semuanya serba bisa, mang akung ga punya kelemahan atau kekurangan?" Hahaha pertanyaan yang menohok saya lihat gurpan gelagapan sepertinya gak nyangka mendapat pertanyaan itu.

"mang kenapa nddukkk(dia selalu panggil putri saya nddukkk) kamu nanya gitu". "hmmm kan Akung manusia biasa juga ga ada lebihnya dibanding nabi?" Hahahaaha saya terbahak menikmati ucapannya dan gurpan agak bingung menjawabnya: "Gini nduuk,,,akungmu ini banyak kelemahannya sehiungga harusmerasa selalu rendah dihadapan orang, hanya sama bapakmu akung harus kasih tau biar dia lebih ngerti"..Nahh kalau nanya apa kelemahnku,,,aku gak bisa nilai diriku sendiri, biar kamu yang bisa nilai akungmu ini seperti apa". Ahhh bener kung,,adinda tiba-tiba melompat seperti gembira, saya yang mulai ga ngerti arah pembicaraan ini hanya bengong. "Sudah-sudah akung mau pergi nemui orangnya di rumahnya,,," Gurpan pun beranjakmenuju kasir,,,namun tak lama kembali dengan wajah pucat : "wiiiing dompetku ilang,,,perasaan ada mungkin jatuh waktu masuk tadi,,,tolong bayarain makannya ya' katanya memelas. Saya pun mengangguk-angguk: beress Gur,,."Tolong nanti kalau ada yang nemu dompeku suruh ambil aja uangnya yang penting balikin dompetnya" iyya-iyya gur nanti saya cari. Setelah Gurpan hilang dari pandangan, Adinda membisiki saya : "Yaaahhhh,,,,"katanya sambil lihatkan dompet Gurpan. Haah kamu temukan dimana dompet tadi nak?Tadi dompetnya jatuh waktu ambil hape dari saku akung,,sempat tak lihat isinya buanyaak yahhhh hehehe,,,aku kan lom bisa cari uang jadi isinya dizakatkan ke aku ya yaahh,,,Husss,,,ga boleh  sana telpon akungmu balikin duitnya. "kan tadi udah bilang duitnya buat yang nemukan dompetnya dibalikin", "oohhhh pantes dari tadi kamu senyum-senyum terus jadi ini ceritanya" hooh yaahh..kami pun tertawa. Adinda pun telpon akungnya dan tersenyum lebar,,,saya tahu arti senyum itu,,saya pun tos dengannya, namun saya tahu itu cara Gurpan kasih kejutan buat putri saya tanpa sepengatahuannya.

Selasa, 14 Januari 2014

suatu siang disana

Kemarin, saya sempatkan mengunjungi kampus tempat saya pernah kuliah dulu, cukup membuat terkejut karena disana sudah berdiri hutan beton menjulang, beda dengan pepohonan yang memayungi jalan jaman saya kuliah dulu. Megah? saya katakan iya dan mentereng, di beberapa tempat ada hotspot dan pedistrian yang memanjakan pejalan kaki. Lanskapnya telah dibuat modern sehingga bayangan saya kampus ini siap menghadapi masa depan.

Namun jujur saya agak sedikit kuatir, seperti kultur negara berkembang, dimana semuanya berpusat pada patron, dan lakon hari ini patronnya berjudul pencitraan, tanpa disadari juga telah hinggap disini di tempat saya pernah mengaku jadi mahasiswanya.  Bagaimana tidak kuatir karena kalau itu benar, pembangunan begitu megah gedung yang menjulang hanya sekedar lipstik alias citra tanpa diikuti dengan kualitas keilmuaannya, saya menjadi takut akan terjebak dalam pendidikan kapitalisme yang berujung pada motif ekonomi. Dalam bahasa sederhana kampus menjadi pusat aktifitas ekonomi pragmatis dengan barang dagangannya berupa "ilmu".

Telah lama saya tidak menyetujui konsep "sekolah" jaman sekarang, karena yang dikedepankan hanyalah pencapaian IQ bukan nilai secara utuh sebagai manusia. Akibatnya sekolah dipandang sebagai jalan keluar untuk mencapai masa depan (kesejahteraan) namun dengan cara yang teramat salah yaitu menumpuk kekayaan bukan mendistribusikan. Ada beda makna prosperity (kemakmuran/kesejahteraan) dan affluence (kekayaan) dan saya takut hari ini sekolah dan masyarakat salah menerjemahkan. Sekolah yang dulu dianggap sebagai tempat untuk membuat pintar otak dan budipekerti, hari ini hanya dianggap sebagai batu loncatan untuk menumpuk kekayaan.

Bukankah ini wajah kita sekarang, produk dari pendidikan yang bias, orang sekolah agar kelak bisa terjamin masa depannya (kaya). Sekolah pasang tarif mahal karena melihat peluang ini dengan beribu alasan kalau untuk mendapat "ilmu" tidaklah murah dan bertarif (saya sempat browsing di internet mengenai penelitian kampus tentang masalah perikanan hasilnya hmmm,, tidak signifikan) mungkin saya salah, kalau benar,,,,alamaaakkk saya sedihnya. Kenapa? kemarin sempat interview "adik kelas" untuk keperluan perusahaan, dan saya terkejut sekaligus mafhum kalau apresiasi mereka dengan keilmuannya sebenarnya mencerminkan apa yang mereka dapat selama kuliah dulu.

Saya jadi ingat puisi Dorothy Law Nolte: Childrean Learn They Live, salah satu potongan puisinya sbb :" if children live with friendliness, they learn the world is nice place in which to live" diterjemahkan bebas: jika anak dibesarkan dalam persahabatan mereka akan belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Bukankah sekolah memiliki salah satu fungsi yang disebut Dorothy dalam puisinya, dan hari ini,,,,saya hanya bisa trenyuh dan mengelus dada.

Kamis, 02 Januari 2014

selamat tahun depan

Peralihan tahun 2013 ke 2014 ada yang dfirayakan dengan pesta kembang api dan tidak ketinggalan dengan terompet menandai peralihan akhir tahu lama menjadi awal tahun berikutnya. Ada jugfa lain dari yang lain dengan mengadakan acara dzikir nasional seolah peralihan tahun perlu legitimasi dari Tuhan.

Buat saya cukup dengan secangkir kopi dan nongkrong di depan tv nonton Matt Dammon, karena memang tak ada yang istimewa dan baru, sehingga ucapan ke kolega dan sahabat cukup dengan :"selamat merayakan tahun depan" dan merekapun tertawa karena terlalu biasa dengan 'keanehan' saya.

Kenapa? jujur saya takut kalau nabi Khidir menjewewr telinga sambil bilang :" katrok lu wing, waktu itu milik Tuhan, kenapa kamu rayakan dengan berlebihan. Awas kalau saya adukan sama Kanjeng Gusti Pengeran, terus waktu yang kamu dipinjamiNya diambil lagi mampus ente".
Sayta hanya pasrah dan bilang : ampun nabi,,mbok jangan saya to, tuh yang hura-hura ambil aja. "Hussshh,,,yang itu bagiannya nanti biar mereka terlena dulu baru setelah itu narik nyawanya pelan-pelan, terutama yang munafik pakai dzikir-dzikir segala, Tuhan sudah gregetan banget namaNya selalu di fetakompli". Waduhhhh,,,gawat neh,,,tiba-tiba saya terbangun,,rupanya ketiduran hehehe