Rabu, 06 Agustus 2014

sesaat sunyi


"bukankah perjalanan kehidupan, kelak hanya kembali meniada, lantas kenapa kita terlalu gegap gempita menemui dunia dengan tangan terbuka seolah kita abadi", tanyamu.
"siapa bilang begitu?"
"kamu sering bilang saat malam melihat bintang jauh seolah untuk mengusir sunyi dan tiba-tiba kamu mengatakan setiap sinarnya mewakili waktu yang tak terhingga sebelum padam, bukankah itu makna kematian, kau berumpama dengan kata meniada"
"hmmm,,,meniada bukanlah sebentuk kematian ia hanya kembali menjadi fitrah manusia yang sebelumnya tak ada di dunia hanya dengan kelembutanNya bisa menjadi ada, bukankah manusia hadir disini hanya menjalankan makna cinta, bukan kerakusan, kematian aku selalu kiaskan dengan daun gugur, dan sebelum jatuh ke tanah akan melayang dengan eksotika seolah memberi salam perpisahan dengan berkata: aku kembali pulang, jadi ini dunia bukanlah rumah, pulang yang sejati ada di dekatNya"
"lantas kenapa engkau begitu bergairah dengan dunia jika akhirnya kembali tanpa apa-apa?"
"Tuhan tak mungkin sia-sia mencipta segalanya, dunia adalah sebentuk hadiah cintayang diberikan pada kita, tugas manusia untuk menjaga amanah itu dengan sebaik-baiknya"
"amanah bagaimana ?"
"amanah membangun, membentuk dunia dan seisinya untuk kemakmuran bersama bagi generasi sebelum, sekarang dan selanjutnya"
"begitu ? lantas kenapa masih ada ketimpangan yang menghasilkan air mata?'
"disana bersemayam rumah kerakusan"
"maksudnya?"
"kalau dirimu diberi keleluasaan Tuhan untuk menikmati kelebihan yang diberikanNya, lantas engkau menggunakannya hanya untuk kesenangan diri, memperluas kerakusannmu akan harta, kekuasaan karena itu memang mengasyikkan dan memberikan kecanduan tanpa tahu atau engkau berpura-pura lupa bahwa engkau diamanahkan untuk mendistribusikannya secara adil dan merata untuk orang yang ditakdirkan Tuhan menerima bagian itu, pada suatu titik kamu akan tiba di kegamangan"
"kegamangan apa maksud kamu?"
" engkau merasa memiliki semuanya akan menyangsikan keberadaanNya dan dirimu merasakan kesepian luar biasa, sampai pada terminal waktu engkau sebenarnya tiada dan hampa, kegelisahanmu menjadi-jadi saat dirimu tak menemukan apa yang dicari, padahal kalau tahu engkau tinggal mengetuk pintu rumahNya, trapi lupa caranya"
"apakah buruk keterlanjuran memiliki kesenangan pada dunia dan memilikinya?"
"tidak, dari awal Tuhan telah menghadiahkannya untukmu, terserah tingkat kedewasaan spiritual kamu, karena itu bisa jadi jalan untuk semakin mendekat dan bermesraan denganNya, menghilangkan kemelekatan yang berlebihan dan bergandengan mesra untuk membuat dunia ini seperti playground yang indah"
"aku jadi makin tak mengerti?"
"ketidak mengertian adalah pintu terbukanya pengertian"
"jadi apa yang harus aku lakukan sekarang ini?"
"apa yang bisa kamu lakuakan sekarang ini lakukanlah"
"aku hanya seorang yang punya kesanggupan bekerja menafkahi keluarga"
"itu sudah lebih dari cukup, kamu tinggal memelihara istiqomahnya konsistensinya"
"itu saja?"
" ya hanya itu"
"lantas yang kamu ceritakan panjang lebar tadi?"
"anggap saja tak ada"
"bagaimana bilang tak ada, aku telah dengarkan dengan seksama"
"tak harus untuk dimengerti"
"entahlah setelah mendengar uraian tadi aku hanya merasa sepi"
"kamu tinggal ketuk pintuNya"
"begitu?"
"ya,,"
sesaat sunyi pun menyelimutinya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar