Selasa, 19 Agustus 2014

di ujo juga di uji


Kelapangan rizki yang diberikan Tuhan mestinya membuat kang Darsim bahagia, namun ini tidak malah sebaliknya. Dalam hatinya terdalam ia gundah, bukan tidak mensyuykuri apa yang telah diberikanNya, namun serangkaian peristiwaq yang dialami kang darsim dan seumur-umur baru mengalaminya membuat dia bertanya-tanya: ada apa ini. Awalnya kang Darsim senang saat anak ke duanya diterima dengan lolos seleksi di fakultas kedokteran karena ia tahu anak keduanya memang berotak encer, sehingga masalah biaya bisa diupayakan. Seminggu kemudian anak pertamanya bilang kalau dapat beasiswa sekolah di luar negeri. Tentu saja ia mensyukuri. Nah,,kebahagiaan ini berlanjut karena hasil panen sawahnya lancar bahkan berlebih dibanding yang lain, disusul hasil ternaknya juga bagus. Ini yang membuat gundah, kang darsim jarang menemui keberuntungan ini secara beruntun, sebagai orang jawa Tulen dia berfikir dan waspada apa gerangan dibalik ini.

Saat termenung sendiri di gubuk sawahnya tiba-tiba mbah Dullah menghampiri. dengan takzimnya kang darsim mencium tangan mbah Dullah orang yang jadi guru ngajinya semenjak kecil. " napa Sim kok aku lihat dirimu seperti sedang mikir sesuatu yang berat, mestinya kamu bahagia karena aku dengan hasil panen sawahmu lebih dari yang lain ", " injih mbah maapkan saya bukannya tidak mensyukuri semua yang diberikanNya, tapi kebahagiaan itu seperti sesaat mbah kyai, seminggu ini saya gundah karena mengapa Tuhan memberikan kelapangan dalam keluarga saya serentak hal yang tidak akan saya alami sebelumnya".
Mbah Dullah pun tersenyum: "Sim ada hal yang harus dilakukan kalau kamu merasa seperti itu". Injih mbah kyai, saya harus gimana, jujur saya takut jangan-jangan ini hanya pancingan". "Pancingan gimana Sim". Yaa,, mungkin Tuhan sedang menguji saya dengan kelapangan ini mbah kyai". "hehehe,,,kalau kamu merasa seperti itu hal pertama yang harus kamu lakukan adalah bersyukur atas kenikmatan itu dengan doa setelah itu kamu harus tahu doa saja tak cukup, implementasinya adalah nafkahkan sebagian hartamu untuk yang berhak". sampun mbah kyai tapi mengapa masih ada yang ganjal di hati. " kenapa sim apa kamu takut kehilangan?". Mboten mbah seumur-umur saya selalu hidup dalam takaran pas kalau tidak dibilang sering kekurangan, saat tuhan memberi berlimpah kenapa saya tidak bisa melampauinya.

"Simm,,aku tahu apa yang ada dalam hatimu, ujian tidak harus bermakna penderitaan, banyak ujian juga berupa kesenangan, orang jawa bilang saat ini kamu di ujo, diberi kelapangan rizki, tapi kamu juga betul kalau di ujo juga bagian dari di uji, yang harus kamu lajukan adalah tetap rendah hati dimata manusia terlebih rendah hati padaNya, karena tak semua orang bisa melewatinya. Pesan kanjeng nabi, kalau kamu mencari dunia kamu akan dapat duniamu, kalau kamu mencari akhirat maka akhirat dan dunia keduanya dapat", ujar mbah Dullah sambil tersenyum. Mata kang Darsim berkaca-kaca, seolah apa yang mengganjal dihatinya tiba-tiba seperti digelontoir keluar dadanya yang sesak terasa lega, diciumnya tangan mbah Dullahsambil bilang : ini ketakutan saya mbah, lega rasanya mbah kyai mau ngasih tahu. "Sim,,kamu betsyukur sudah dipilih Tuhan untuk menjadi orang yang ditugasi mendistribusikan rizki kepada yang berhak lewat tanganmu, lakukan itu sebaik-baiknya, mudah-mudahan kamu diberi kelancaran sampai batas waktu untuk bertemu denganNya kelak". Tambah deras air mata kang darsim: mbah ingetkan saya jewer telinga saya kalau tidak bisa jalankan amanah ini,dipeluknya guru ngajinya itu, mbah dullah pun tersenyum, ada kebanggan pada murid ngajinya yang paling bandel waktu kecil.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar