Jumat, 29 Juni 2012

doa bukanlah,,,

Beberapa hari ini saya penasaran dengan kutipan dari Jallaludin Rumi yang menulis :"Bertahun-tahun aku ketuk pintuMu, lama tak terbuka, tatkala terbuka, baru sadar ternyata aku mengetuknya dari dalam".Tidak ada penjelasan yang bisa menggambarkan apa makna sebenarnya, hingga saya temukan dipojokan buku Gede Prama, seperti dibawah ini penjelasannya, tentu saja pakai metode copas :-)

"Tidak banyak manusia yang sampai pada tataran doa semengagumkan Rumi, kebanyakan manusia menempatkan dirinya diluar, dengan meminta ini dan memohon itu.Dan doa seperti itu tidak saja tidak membawa masuk ke dalam, malah kedinginan di luar. Buktinya  ketika keinginan dipenuhi, suka cita hanya datang sebentar, setelah itu datang lagi keinginan yang lain. Demikian kisah kehidupan yang senantiasa kedinginan di luar. Di tangan seorang pencari yang mengagumkan seperti Rumi, doa bukanlah kata-kata penuh permintaan melainkan sebuah kesadaran bahwa yang mencari dan yang dicari tidak pernah berpisah. Inilah jenis manusia yang sudah pulang dengan jalan doa."
Dikutip dari bukunya Gede Prama : Pencerahan dalam Perjalanan

Tujuh tingkat pendekar*


Pendekar tingkat 1"
Berapa banyak jurus yang bisa dikuasai, makin banyak, makin mudah memenangkan pertarungan

"Pendekar tingkat 2"
Dari sekian banyak jurus yang dikuasai, ada satu yang jadi jurus andalan

"Pendekar tingkat 3"
Seberapa banyak menguasai berbagai senjata, karena ia akan berhadapan dengan lawan dengan berbagai tingkatan. Makin banyak senjata yang dikuasai makin mudah pula menang terhadap lawan

"Pendekar tingkat 4"
Pendekar tingkat ini akan memiliki senjata andalan yang jadi ciri khasnya dalam setiap pertarungan

"Pendekar tingkat 5"
Pada tingkatan ini,,apapun yang ada di sekitarnya bisa dijadikan senjata yang mematikan

"Pendekar tingkat 6"
Kemampuan mengenal kekuatan dan kelemahan lawan lebih penting dari pada memiliki kemampuan memegang senjata, jurus pamungkas, karena dengan sekali gerakan cepat, hasilnya lebih efektif untuk melumpuhkan lawan

"Pendekar tingkat 7"
Tingkatan pendekar yang paling tinggi, baginya,,,jurus, senjata, pertarungan hanya sebuah permainan anak kecil belaka. Pada tingkatan ini...apa yang dinamakan kawan, lawan, pertarungan, kemenangan, atau kekalahan, hanyalah semu belaka. Sebab yang tampak semua dimatanya adalah perwujudan "cinta"

bukankah refleksi kehidupan seperti ini,,,? di tingkatan kependekaran manakah hidup kita saat ini? pertarungan yang bagaimanakah yang sedang dilakukan sekarang? kembali,,,hanya diri kita yang paling tahu.

 * refleksi dari tulisan Emha Ainun Najib

Jumat, 22 Juni 2012

cinta di penghujung senja


sore hampir tergelincir,,,setelah ashar, meluncur ke "pertapaannya" setelah ada pesan singkat masuk : wing,,,kalau ada waktu sore ini sempatkan mampir. Terlalu biasa memang untuk tidak bisa menolak sepadat apapun jadwal saya. Selalu saja ada cara untuk membelokkan semua agenda sekedar mendengar ceritanya. Entah kenapa saya selalu menjadi besi yang menempel pada magnet, ketika dengan pelan mulai berkisah tentang apa saja. Sejujurnya ada filosofi hidup dibalik semua tuturnya. Tidak semua berupa tawa, terlalu sering berkisah tentang kegagalan dan kepedihan dan anehnya selalu bermuara dengan indah apapun maknanya.

sahabat yang saya ceritakan ini pernah merasakan titik nadir dan kulminasi kehidupan. Kisah hidupnya mirip alur film, waktu muda jadi anak badung sampai terusir dari rumah orang tuanya karena tidak kuat menanggung beban kenakalan. Sekolah hanya sampai sma, saat teman-temannya masuk bangku kuliah, sahabat saya ini malah berkelana di Surabaya kerja serabutan untuk menyambung hidup. Beban berat yang membuat hidupnya hari ini begitu berwarna dan bijak. Mau tahu cerita paling menarik dalam hidupnya, kisah cinta dengan seorang wanita yang sekarang jadi istrinya. Kenapa? beda strata bumi-langit, hampir tidak mungkin bisa menyunting putri seorang pengusaha besar kala itu, sedangkan sahabat saya ini hanya "mburuh" bahasa jawanya, atau menjadi buruh serabutan. Orang tua di manapun teramat realistis memandang satu hal: proyeksi masa depan. Jadi bisa ditebak kalau sahabat ini menemui batu karang.

Tapi hidup memang punya kisah berbeda, entah kenapa akhirnya mereka berdua jadi menikah plus restu dari ortu wanita. Banyak hal yang dikorbankan wanita pujaan hatinya, dari mulai cibiran, madesu (masa depan suram) sampai kuliah yang batal  karena menuruti kata bernama cinta.Namun hari ini pengorbanan itu sebanding, Saya kebetulan mengenal mereka berdua, saya yakin dari cara tuturnya yang lembut, wanita yang bergelar Nyonya ini begitu bahagia. Penasaran saya tanya sahabat , bagaimana kisah ini berakhir happy ending, pakai ilmu pellet cap apa hehehe,,,.
Wing,,,demikian dia bertutur, suatu sore saya dipanggil orang tuanya ditanya sana sini, intinya disuruh memutuskan hubungan. Saya hanya bilang sama calon istri begini : "Saya memang bukan lelaki baik, tapi saya akan mencintaimu dengan cara yang baik".
Ajaib, kalimat itu membuat calon mertuanya luluh, dan seperti sebuah film roman yang harus berakhir bahagia, begitulah kisahnya , hanya dengan ucapan cinta di penghujung senja,,,:-))




kata tanpa aksara


“tidak mungkin mendalami kehidupan tanpa melalui kematian. Ia mirip mau mengerti siang tanpa mau mengerti malam, mau rasa manisnya sukses tanpa tahu pahitnya gagal” (Gede Prama; Bercakap-cakap dengan kematian)

langkah yang terlanjur lunglai
biarkan terseret waktu menuju cahaya redup
bukan disana tiba di kematian
namun hidup berawal dari sebuah senyum
tatkala rasa aneh  meregang di tenggorokan
biar mengalir menyentuh tiap nadi
ada sekat hampa yang perlu musnah
sebelum menggantinya jadi sesal berkepanjangan

kalau hidup adalah keterlanjuran
jadi apa salahnya kalau hadir membawa rindu dendam
atau adakah benci datang seketika
saat bicara berubah menjadi bisu tanpa nada, irama
tersisa hanya menerka 

apakah diam adalah kata tanpa aksara
bila doa hanya  kata penghuni sunyi
apakah ia menemui Tuhannya dengan takzim
sambil membawa pesan:Tuhan,,,aku haturkan semua
kata dan pinta dari anak manusia, hanya Engkau
yang akan membawa kami semua dalam langkah
terbaik dan yang terbaik
begitu saja?
uhmm betapa mudahnya


Rabu, 20 Juni 2012

let me go home



And I feel just like I’m living someone else’s life,it’s like I just stepped outside,when everything was going right,,,And I’m surrounded by,a million people I,still feel alone and let me go home,,,,( let me go home;Michael Buble)

berjalan dalam jejak yang lelah, seperti mengharap waktu sebentar saja lena
hanya untuk megijinkan hati ini bertanya
kemana kaki melangkah selanjutnya
kala setiap asa hanya berjalan mengutuhkan kerinduan
tentang menemukan diri yang lenyap entah kemana

mungkin ribuan episode hidup ini telah berlalu
namun ada kenang indah apapun ronanya
sedih, bahagia, tawa, dan kepedihan
ujungnya hanya mencari rumah untuk pulang
sejauh-jauh berjalan
ternyata hanya untuk kembali pulang

kerumah mana kita pulang?
hmm,,,ke sebuah tempat
dimana bopeng wajah, noda masa lalu
diterima dengan penuh cinta
tempat kehangatan menjadi jati diri
tanpa mengadilinya dengan prasangka
karena bukankah setiap kesalahan dan kebenaran
 tetap anak-anak terbaik milik kita
jadi,,,
biarkan pulang


Senin, 18 Juni 2012

detik perjalanan ini


detik perjalanan ini
hanya sekumpulan asa yang coba dirangkai menjadi doa
didalamnya terbangun tawa, benci, rindu dan air mata
mensintesa menjadi tapak di kosmos pengembaraan
hanya untuk menemukan kembali diri
kesetiaan yang hanya dilewati setelah terucap janji
cinta apapun adanya ia hanya hidup di hati
cinta sesungguhnya yang dicari-cari
hanya bersemayam kedamaian jiwa
kelak saat waktu membuat renta raga
ada kerinduan mencari relung dimana sang telaga berada
tempat jiwa mensucikan
dengan penerimaan yang teramat rela












Sabtu, 16 Juni 2012

pagi yang kejam



pagi yang kejam
mestinya indah
hanya sekali ucap
cukup membuatnya runtuh menjadi sumpah jahanam
sulit memang menghilangkan telusur kata
yang terlanjur menghujam
isinya hanya kemarahan tertahan


pagi yang indah
mestinya memberi udara berkah
apa daya, matahari terlihat kelam
apapun usaha memutih dirimu
bayangannya tetap terlihat hitam
lempar saja ke lorong waktu
biar menelannya ke masa lalu

kamu tahu satu satunya jalan
adalah menyongsong kematian
kemudian ber inkarnasi menjadi pandita
menebar kebaikan hanya untuk menghapus jejak masa lalu
selalu digendong bersembunyi dibalik kalbu
mengurainya inci demi inci
hingga penat jadi teman sehati di tikungan jaman
entah sampai kapan



Kamis, 14 Juni 2012

mendengarkan denting genta dalam diri


Baru tahu,,,kalau sebuah gadget bernama smartphone mulai bekerja lambat, indikasi kalau perlu di re-start lagi. Bekerja lambat (menurut sahabat saya) karena terlalu banyak dijejali aplikasi yang memerlukan memori besar atau juga karena banyak jejak telusur sebelumnya yang belum dibuang. Tapi,,,demikian sahabat saya bilang, terbesar adalah banyak aplikasi, telusur internet dan unduhan meskipun telah dihapus, masih saja ngendon, sehingga tak salah kalau kinerjanya mulai lemot. Saya yang awam persoalan beginian hanya meng-angguk angguk, sehingga cara agar kerjanya lebih cepat adalah ruang memori kosong harus diperbesar dengan restart. Caranya? (saya terlalu awam), ternyata langkah paling mudah hanya membuat gadget tersebut off, copot battery, masukkan lagi terus hidupkan.

Kadang saya suka bayangkan kinerja memory otak kita kalau disederhanakan hampir mirip gadget diatas sampai batas tertentu kita pernah menjadi "lemot". Jejak memori bernama masa lalu sering menjejali batin dan selalu digendong kemana-mana hingga hari ini. Belum lagi dengan kecemasan tentang hari esok membuat kita menjadi skeptis terhadap masa depan. Sehingga yang kita lakukan hari ini menjadi kabur karena fokus kita tertarik ke masa lalu dan masa depan. Pernah alami, badan disini namun pikiran entah kemana ?. Kalau iya berarti harus restart diri ini. Pemahaman restart menurut saya, seperti sebuah gadget adalah mengosongkan (nol) tubuh ini dengan membuang memori lampau dan kecemasan masa depan. Caranya? tidak harus mencopot battery, hanya dengan mendengarkan denting genta.

Denting genta bisa saja mendengarkan lonceng gereja, genta di vihara, atau panggilan suara adzan. Hal terakhir inilah yang sekarang dilakukan, suara adzan yang sering saya dengar ribuan kali menjadi lain ketika merasakannya sebagai denting genta dalam diri. Ia menjadi tanda kalau harus mengosongkan memori dengan meniada dihadapanNya, menjadi kosong dan nol. Apapun semua persoalan hidup, kegalauan yang hari ini dilewati, kemuraman karena sesal dan kecemasan tentang masa depan, sampai ketidak adilan yang menyerempet diri, bawa kepadaNya. Ajaib,,,semua menjadi lenyap, persoalan memang masih ada, namun hadir dengan sudut pandang yang berbeda. Masih belum sempurna memang, karena harus belajar banyak untuk mendengarkannya Namun proses penyadaran diri dengan meniada, menjadi nol dihadapanNya, persis seperti proses restart smartphone.(Gede Prama bahkan mendengarkan apapun suara sebagai denting genta, suara angin, gemericik air sungai, anak burung yang mencicit sampai suara derit pintu yang terbuka).Jujur saya belum sampai kesana :-)


Minggu, 10 Juni 2012

Aku ingin melihatmu menangis


Aku ingin melihatmu menangis
bukan karena kesedihan
yang membuat menyesali masa lalu
namun karena Aku menyentuh hatimu
dalam pelukan kelembutan

Aku ingin melihatmu menangis
tatkala  kesulitan hidup
telah menghempas dirimu dalam putus asa
bukankah elok saat satu satu bulir air mata bening
membasuh wajah menjadi cahaya

Aku ingin melihatmu menangis
bukan meratapi kekalahan
atau asa bahagia yang makin jauh
namun Aku ingin lihat dirimu bersimpuh
tertatih menguntai doa menyebut namaKu
dalam genang air mata

Sabtu, 09 Juni 2012

Belajar dari laut


Baru mengerti kenapa laut  posisinya paling rendah di muka bumi, karena dengan begitu semua air akan mengalir kesana, dan akan didistribusikan lagi dengan cara yang indah. Juga jadi tahu mengapa air laut menjadi jernih setelah menerima air sekotor apapun. Ibaratnya laut menjadi "keranjang sampah" dari segala hal yang kotor dan bersih Hanya dengan difermentasi  "sampah-sampah" itu menjadi "mutiara".

Buat saya laut adalah lambang kearifan. Diatas memang bergelombang, tapi dikedalaman, laut begitu tenang sehingga menjadi tempat berpulang semua hal. Apapun kondisinya, bersih atau kotor selalu diterima dengan anggukan dan diam. Hanya dengan kearifan segala hal yang kotor menjadi jernih kembali. Hanya dengan keikhlasan merendah, laut menjadi kunci penting dalam kehidupan.

Bukankah kehidupan demikian? kita selalu merindukan "rumah tenang" tempat dimana diterima apa adanya bahkan tidak malu saat kita "kotor dan telanjang" dihadapannya. Apapun posisi kita hari ini, keleluasaan yang diberikan Tuhan, selalu akan kembali menuju tempat sejati, seperti sungai yang mengalir kembali ke laut, seperti hujan yang selalu merindukan untuk kembali ke laut. Setinggi tinggi kita hari ini akan berfitrah merindukan rumah sejati kita dengan cara merendah dihadapanNya.Hanya dengan merendah, kotoran diri ini akan difermentasi menjadi mutiara kehidupan.Hanya dengan keikhlasan merendah, kita difungsikan Tuhan untuk menebar kebaikan.Bukankah sebaik-baik manusia adalah orang yang berguna bagi orang lain, memberi kontribusi pada kebaikan. Dan itu bisa dilakukan saat diri ini merendah, seperti yang dilakukan oleh laut Indah bukan





Selasa, 05 Juni 2012

di balik sebuah tanya (serpihan yang masih saja ada)

kadang masa lalu muncul dari keremangan malam
dengan membawa potongan remah hati bekas luka yang mengering
dan masih sedikit menyisakan darah kering menghitam
terasa sesak karena baunya masih saja menyengat
haruskah engkau sibuk menutupinya dengan kemarahan sampai ia terbang hilang
tertiup angin,,,

tetap saja ia kembali esok dari balik keangkuhan
yang telah menjadi sekat tebal dan engkau percaya ia tak akan masuk dari pintu manapun jua
nyatanya ia ada, bukankah kau tak bisa menghilangkannya juga?
malah merajuk sambil membawa sisa-sisa sesal yang tak sempat menguap dalam tanya
pucat pasi menghiba seakan pantas mendapat tempat di benakmu
sampai ucapan mantra tak sanggup menolak kedatangannya
ia bukan disana tapi didalam,,sini untuk merapuh
karena bukankah ia sebenarnya dirimu yang datang dari masa lalu ?



Minggu, 03 Juni 2012

I Love You


Tak asing dengan kata dari bahasa asing itu kan,,,kata yang membuat diri kita serasa terbang tinggi saat dihinggapi oleh sebuah kata "love". Sengaja pakai bahasa Inggris karena kata itu lebih akrab ditelinga orang Indonesia. Ini pangkal masalahnya,,,i love you diterjemahkan secara harfiah aku cinta kamu,,,pangkal kebahagiaan sekaligus penderitaan. Penderitaan,,? yaa,,jika kita salah menangkap esensinya,,sebagian besar memang salah mempersepsikannya. Cinta,,adalah sebuah proses mengarungi diri ke dalam (inner journey) dan ada juga yang bilang sebagai proses spiritual. Karena saat cinta itu menghinggap ada sinkronisasi antara raga dan batin seperti proses "trance" sehingga apapun yang kita lihat akan bermakna indah. Bukankah saat jatuh cinta semua serba indah ? Problemnya,,saat cinta dipahami hanya proses yang banyak melibatkan raga pelan atau pasti esensinya bergeser dari keindahan menjadi penderitaan.

Bagaimana bisa? yaa,,,esensi cinta sebenarnya adalah mengarungi diri ke dalam, proses mencari sebuah kesadaran tentang jati diri. Jatuh cinta, seperti peselancar yang mendapat gelombang energi cinta yang teramat besar beserta naik turun dan turbulansinya. Peselancar yang mahir, akan menggunakan ombak besar ini menjadi sebuah kekuatan yang mengagumkan untuk menjadikan dirinya hebat. Peselancar yang baru belajar, ombak besar hanya bentuk ketakutan tenggelam. Gelombang energi cinta memang begitu mengagumkan, ia bisa membawa kita menuju tempat tertinggi tentang pemahaman hidup sedang yang lain akan tenggelam dalam tangis dan kepedihan.

Entah siapa yang salah, i love you kadang dipahami dengan sebuah ketertarikan bersifat luar, fisik sehingga kesannya ego yang bicara. Banyak sahabat saya sampai hari ini memahaminya seperti itu sehingga suka atau tidak cinta malah membuatnya sering meneteskan air mata kepedihan, bukan kebahagiaan.Saya lebih suka menterjemahkan i love you dengan aku sayang kamu. Ada beda antara cinta dan sayang, sayang lebih murni esensinya, lebih dalam. Bukankah dalam setiap gerak, niat dan laku disarankan Tuhan untuk berucap : atas nama Tuhan yang maha pengasih dan penyayang. Bukankah itu sama saja dalam setiap hembusan nafas, setiap niat terucap, setiap kaki yang melangkah, Tuhan akan bilang : I Love You.pada kita.Bukankah itu indah....jadi jangan malu ucapkan i love you dalam setiap moment apapun


Jumat, 01 Juni 2012

menca(u)ri start terdepan (kejernihan yang hilang)


Penat,,,mungkin kata yang tepat setelah seharian bergumul dengan berbagai persoalan yang ditemui hingga baru tengah malam lewat masuk kamar. Penat tidak saja fisik, tapi pikiran, awalnya juga tidak tahu kenapa hari ini mengalami distorsi dari beberapa orang sahabat yang saya temui. Hidup memang tak bisa lepas dari masalah, saya menjadi maklum kalau kena radiasi masalah itu sendiri. Ada yang berkelahi dengan diri sendiri, ada yang berkelahi dengan keinginannya sendiri, ada yang berkelahi dengan pekerjaan hanya untuk menemukan posisi. Dan yang parah beberapa sahabat saya berkelahi dengan diri sendiri dan orang lain. Ujungnya kelelahan luar biasa (tidak bisa dibayangkan orang yang mengalaminya).

Di dalam kabin libom baru bisa mengerti kenapa seperti itu,  pangkal dan ujungnya ternyata hanya satu, mencari kejernihan. Entah kenapa kejernihan yang mereka pahami dicari lewat posisi terdepan dalam peta kehidupan. Ibarat lintasan lari atletik, mereka selalu mencari ( atau mencuri) tempat start  nomor satu padahal jarak lintasannya sama. Dalam hidup juga demikian, ada yang ingin ter-(kaya, pandai, hormat, hebat, tinggi, besar),  intinya ingin paling depan seolah mereka akan sampai dulu. Padahal lintasan waktunya sama, 24 jam.

Teapi "kaca mata" Tuhan tidak sama dengan manusia, start terdepan atau belakang hanya urutan yang setara, tidak ada yang lebih baik atau buruk hanya gara-gara didepan dan belakang. Beliau hanya melihat dua hal saja, kesungguhan dan fokus. Makanya jarang saya lihat atlet lari begitu start akan menengok kebelakang atau kanan kiri. Mereka akan berlari sekencang mungkin dengan fokus ke depan. Buat Tuhan nilainya bukan ditentukan siapa yang finish dulu, tapi seberapa fokus dan sungguh-sungguh.
Hari ini banyak sahabat saya yang memiliki start terdepan dalam hidupnya dengan diberi keleluasaan oleh Tuhan berupa kepintaran, kekayaan, kekuasaan, sehingga perkiraan saya mampu menoreh tinta emas dalam sejarah hidupnya dan hidup orang banyak. Namun apa daya, anugerah itu malah menjadi beban yang menyeret kepedihan dari waktu ke waktu. Sehingga pada titik tertentu, mestinya telah menemukan kejernihan, masih saja berkutat dengan air yang keruh. Terpaku dengan masa lalu, ego yang besar, salah satu hal yang membuat kejernihan itu menghilang. Saya jadi teringat potongan kalimat Gibran : Bagaimana mungkin mencapai keindahan bila cara-cara kita tidak indah.