Jumat, 25 November 2011

I am V.I.P


Seharian ini rutinitas pekerjaan saya adalah menjadi keranjang sampah, entah kenapa terlalu sering dan mudah untuk dijadikan keranjang sampah dan buat melempar unek-unek seolah saya memang pantas untuk kesana. Kadang saya bercermin apa wajah ini mirip tong sampah? entahlah "kutukan" ini memang sudah lama sehingga sebagaimana sifat keranjang sampah ia diperlukan saat kondisi buruk, saat senang agak terlupakan? itu sudah biasa buat saya :-).
Pagi tadi bergulir dengan sebuah pesan singkat masuk di ponsel saya : wing,,,kamu ke tempatku ada yang mesti di bicarakan, Pagi yang serius padahal matahari tidak serius buat menampakkan wajahnya, mendung dan langit kelabu.

Benar saja belum sempat duduk saya telah di berondong dengan ungkapan yang saya sendiri bingung apa pangkal masalahnya, Saya coba runut satu satu apa yang dibicarakan yang ujung-ujungnya adalah target yang tidak kesampaian karena salah perencanaan yang akhirnya berimbas pada target produksi. Pembicaraan pun mengalir bagai air deras tanpa memberi kesempatan saya bertanya,,bla,,bla,,bla,, sampai 2 jam saya potong, kalau tidak kepala ini tidak muat. Sebentar kemudian saya pamit dengan perut mual dan menahan lapar karena muatan "over load" sehingga harus masukkan kafein murni. Belum habis secangkir kopi ponsel saya berdering : wing,,,ada dimana,,,bla,,bla,,bla. Alamat,,,kejadian serupa terulang,, dan memang benar kali ini lebih parah sehingga saya harus sabar mendengarkannya. Bedanya yang satu ini cukup halus sebelum masuk inti permasalahan perut ini akan dimanjakan dengan makanan, setelah itu baru,,,,intinya semua sama mencari orang yang mau mendengar segala keluhan klien, customer. Ada 3 jam disana, saya hitung 2 gelas kafein saya tenggak agar kepala tidak pening dan jangan sampai pecah karena luberan.

Saya baru bisa mencerna malam ini,dari sepagi sampai sore tadi intinya hampir sama, secara tidak kentara di jidat semua orang ada tatto VIP,,saya adalah Very Important Person, orang penting yang harus dihargai. Apapun kasta ekonominya semua sama, ingin dihargai. Masalah dalam bentuk apa tiap orang tidak sama, ada dalam bentuk barang mahal, seperti mobil mewah, rumah besar, ada yang berbentuk kekuasaan dan pangkat. Atau ada yang cukup dengan anggukan kepala sambil bilang"selamat pagi". Ada yang ingin dicintai tanpa syarat tapi tidak mau mencintai.

Jadi keranjang sampah seperti saya adalah profesi mulia yang jarang sekali mau melakukannya, karena ia akan ada dalam posisi paling bawah ( bukankah keranjang sampah selalu dalam posisi rendah, kalau tinggi saya yakin akan berubah fungsi menjadi keranjang basket).
Saya sih cukup menghibur diri dengan kiasan laut pasti posisinya lebih rendah dari daratan sehingga ia akan menerima air yang banyak dari semua sungai. Hanya masalahnya saya bukan laut, saya juga manusia yang punya tatto sama V.I.P. Jadi siapa yang akan menjadi keranjang sampah saya? gampang,,,saya akan menyebut satu kata : Tuhan,,,entahlah kalau dengar ini apa Tuhan akan marah dan mengutuk saya menjadi keranjang sampah beneran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar